"Yang meledak kemarin itu roket Kemenhan. Itu secara umum masih dalam uji coba," kata Kepala Lapan Thomas Djamaluddin saat dihubungi, Kamis (25/1/2018).
Thomas mengaku Lapan memang terlibat dalam konsorsium pengembangan roket bersama PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, dan PT Dahana. Lapan, yang memiliki kompetensi di bidang teknologi, bertugas mengembangkan propelan dan struktur roket.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menuturkan roket pesanan Kemenhan itu mulai dikerjakan oleh konsorsium sejak 2011. Sejauh ini sudah ada puluhan roket yang disiapkan untuk uji coba.
"Ada puluhan roket disiapkan untuk uji coba. Yang meledak cuma satu kemarin," ungkap dia.
Menurutnya, insiden ledakan yang terjadi dalam uji coba roket bukan persoalan besar. Pasalnya, bukan roketnya yang mengalami ledakan, melainkan adanya reaksi bahan peledak saat terjatuh ke tanah.
"Meledaknya itu bukan karena meledaknya roket, tapi memang ada bahan peledaknya yang meledak ketika jatuh ke permukaan tanah," tutur dia.
Meski begitu, menurutnya, evaluasi dari uji coba, sistem aerodinamis roket perlu disempurnakan lagi. Namun, sambung dia, secara keseluruhan teknis tidak ada lagi masalah berarti.
"Sistem aerodinamisnya perlu disempurnakan lagi, tetapi dari peluncur roket tidak ada masalah," kata Thomas.
Sementara itu, dia menuturkan ledakan saat uji coba tersebut tidak membahayakan warga. Sebab, uji coba dilakukan di wilayah yang aman.
"Jadi itu masih dalam wilayah uji coba dan memang wilayah uji coba itu (warga) sudah dievakuasi," kata Thomas.
Sebelumnya, roket RH112B yang tengah diuji coba jatuh dan meledak di kebun pepaya milik warga Lumajang, Jawa Timur. Meski tidak ada korban jiwa, ledakan roket tersebut merusak beberapa pohon pepaya.
"Ada beberapa pohon pepaya yang rusak akibat terkena ledakan," kata Komandan Kodim 0821 Lumajang Letkol CZi Agus Iskarman saat dihubungi detikcom, Rabu (24/1). (idh/idh)