"Itu kewenangan Malaysia. Kami tidak ikut campur. Sama kaya warga negara Malaysia di Indo terlibat ISIS, kami tangkap," kata Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (22/1/2017).
Setyo mengatakan pendampingan hukum terhadap WNI itu akan dilakukan oleh Direktorat Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Biasanya, kata Setyo, Kemenlu akan menemui WNI itu untuk meminta keterangan sebab musabab dirinya ditangkap.
"(Pendampingan) Nanti dari Direktorat Perlindungan WNI. Paling tidak (Direktorat Perlindungan WNI) mengunjungi yang bersangkutan, (menanyakan) 'Kenapa kamu ditangkap?' dan sebagainya," ujar Setyo.
Terkait tudingan PDRM bahwa WNI itu merencanakan aksi serangan di Malaysia dan Indonesia, Polri akan berkoordinasi untuk bertukar informasi dengan PDRM.
"Pasti kami koordinasi dengan polisi Malaysia," ucap Setyo.
Kepolisian Malaysia menangkap dua pria yang diduga terkait dengan kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Salah satu pria yang ditangkap merupakan seorang pekerja konstruksi asal Indonesia.
Seperti dilansir Reuters dan Channel News Asia pada hari ini, kedua tersangka ini ditangkap secara terpisah, yakni pada Desember 2017 dan Januari ini. Keduanya dicurigai merencanakan serangan teror dan mempromosikan ideologi ISIS di wilayah Malaysia.
WNI itu berusia 23 tahun dan berprofesi sebagai pekerja konstruksi. Dia ditangkap di Kuala Lumpur pada 17 Januari lalu. Kepolisian setempat mencurigai WNI ini berencana mencuri senjata dari markas Kepolisian Nasional Malaysia, juga dari kantor-kantor polisi setempat untuk digunakan dalam serangan di Malaysia dan Indonesia.
WNI itu juga dicurigai berkomunikasi dengan seorang pemimpin senior ISIS via Whatsapp, untuk merekrut sejumlah WNI lainnya. Dia disebut pernah mengibarkan bendera ISIS di lokasi proyek konstruksi tempatnya bekerja, demi menunjukkan ISIS masih aktif di Malaysia.
Dalam pernyataannya, Kepolisian Malaysia menyebut WNI ini pernah berkeliaran di jalanan sibuk salah satu distrik di Kuala Lumpur dengan membawa pisau. Dalam peristiwa yang terjadi pada November 2017 itu, WNI ini disebut mencari seorang biksu Buddha sebagai target untuk dibunuh.
Rencana serangan itu diakuinya sebagai pembalasan atas penderitaan etnis minoritas Rohingya di Myanmar. Kepolisian Malaysia berhasil menggagalkan rencana serangan itu. Pisau yang dibawa WNI itu akhirnya disita polisi.
"Upaya (penyerangan) itu gagal dan polisi berhasil menyita pisaunya saat penggeledahan," ucap Inspektur Jenderal Polisi Malaysia, Mohamad Fuzi Harun dalam pernyataannya. (aud/rvk)