Setren, Kampung Kretin di Wonogiri

Setren, Kampung Kretin di Wonogiri

- detikNews
Rabu, 15 Jun 2005 22:22 WIB
Solo - Rumah ukuran 7 x 10 meter itu beralas tanah dan berdinding bambu tanpa jendela. Di rumah itu Sanikem (72 tahun) dengan tabah tinggal dan mengasuh keempat buah hatinya yang menderita bisu dan mengalami tingkat kecerdasan kurang sejak kecil. Sanikem tidak sendiri. Anaknya hanya sebagian kecil dari 104 warga kampungnya yang menderita penyakit permanen serupa akibat kurang zat yodium.Dusun Setren, Desa Lemahbang, Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri, berada sekitar 120 km arah tenggara Solo. Dusun itu di lereng pengunungan Apuk itu berbatasan langsung dengan Pacitan. Dusun ini bukan daerah tandus seperti halnya daerah Wonogiri lainnya. Sepanjang tahun, air sungai mengalir deras. Namun kesulitan bahan makanan di masa lalu menyebabkan banyak warganya menderita penyakit akibat kekurangan yodium.Di dusun yang terdiri dari lima kampung berpenghuni 1.300 jiwa itu tercatat 104 warganya menderita sakit permanen berupa kretin dan gondok. 40 orang menderita gondok, 4 orang lumpuh sejak kecil dan sedangkan 60 lainnya menderita kretin baik bisu maupun terbelakang jiwa. Mereka semua adalah warga yang dilahirkan antara tahun 1960 hingga 1980."Penyakit ini akibat kesulitan bahan pangan yang diderita warga pada selama duapuluh tahun itu. Sedangkan anak-anak yang terlahir setelah itu tidak ada yang terkena gondok maupun kretin karena bahan pangan maupun garam beryodium juga sudah relatif mudah didapat," ujar Tunggak Sumardi, kepala Dusun Setren.Sumardi mengakui dusunnya paling banyak terdapat warga penderita gondok dan kretin. Di dusun lainnya di Lemahbang penderita penyakit ini dapat dihitung dengan jari. Dimungkinkan juga penyakit itu terjadi karena dusun itu berada pada posisi paling tinggi di lereng gunung dan delapan tahun sekali terjadi banjir besar.Secara teori wilayah miskin unsur yodium karena kandungan yodium dalam tanah dan air banyak terkikis karena erosi dan banjir. Sekedar mengambil contoh, enam dari empat anak Sanikem menderita bisu dan keterbelakangan mental. Keempatnya adalah Wisni (40 tahun), Simun (37), Samidi (34) dan Samino (31). Sepanjang hidupnya mereka menjadi beban ibunya yang telah puluhan tahun menjanda. Hal serupa juga dialami dua dari tiga anak Damin. Painem mengalami kelumpuhan sejak lahir 34 tahun lalu. Sedangkan adiknya, Nyaman, menderita bisu. "Kadang-kadang kami merasakan ini seperti kutukan. Seringkali saya hanya bisa menangis sendiri jika malam-malam melihat mereka tertidur bersama di lantai beralaskan tikar plastik. Saya harus sendirian mengasuh mereka yang menderita cacat. Untungnya mereka juga mau kalau saya ajak membantu bekerja di sawah," papar Sanikem.Sumardi memaparkan sebagian besar dari mereka memang bukanlah orang yang lemah secara fisik. Mereka sering dimintai para tetangga untuk membantu pekerjaan dengan mendapat upah ala kadarnya. Bahkan akhir-akhir ini Sumardi berinisiatif mengajari mereka membuat kerajinan anyaman. Maksud Sumardi kalaupun produk belum laku dijual juga bisa dipakai sendiri. Atau setidaknya memberi kesibukan bagi mereka.Sejauh ini, lanjut Sumardi, pihak Pemerintah baru sekali memberikan perhatian kepada warganya yang menderita cacat permanen itu. "Pada tahun 2001 lalu ada bantuan Rp 500 ribu untuk tiap orang dari Pemkab Wonogiri. Namun bantuan itu hanya diberikan bagi 40 penderita saja. Setelah itu belum pernah ada bantuan lagi," lanjutnya.Keempat anak Sanikem juga mendapat bantuan dana itu. "Saya pakai untuk mengganti atap rumah yang semula dari ijuk menjadi genting. Sisanya saya belikan sapi, tapi sekarang sudah saya jual lagi untuk memenuhi kebutuhan anak-anak," papar Sanikem sambil menambahkan bahwa kedua anaknya yang tidak cacat tinggal di Sumatera dan di daerah lain di Wonogiri. "Hidup keduanya juga pas-pasan sehingga tidak dapat membantu adik-adiknya," lanjutnya. (mar/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads