Becak memang masih beroperasi di beberapa wilayah Jakarta Utara. Misalnya di wilayah Kalibaru, Cilincing. Warga di tempat itu masih memakai becak untuk beraktivitas, antara lain ke pasar.
Rubiah (30) salah satunya. Ibu rumah tanga ini selalu menggunakan jasa becak untuk pergi-pulang ke pasar. Biayanya pun, menurut dia, terjangkau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Sering ke pasar, bayarnya Rp 10 ribu dari rumah ke Cilincing. Saya naik becak kalau pasar," ujar warga Kalibaru Timur 3 ini.
Rubiah menyambut baik ide Anies 'menghidupkan' lagi becak di perkampungan di Jakarta. Menurutnya, niat tersebut juga bisa meningkatkan perekonomian para tukang becak.
"Kadang saya kasihan juga sih sama yang narik becak. Kasihan sama orang yang nggak punya. Kalau lihat bapak-bapak, saya orangnya nggak tegaan, naik becak biar bisa masuk gang saja," ujar Rubiah saat ditanya alasan kenapa kerap menggunakan becak.
Yuli (30), warga Kalibaru Timur 1, berpendapat senada dengan Rubiah. Dia kerap menggunakan becak karena bisa mengantarkannya sampai depan rumahnya yang masuk ke gang.
![]() |
"Kalau naik angkutan umum, jalan ke dalamnya jauh lagi. Kalau naik becak kan bisa masuk gang," ujarnya. Dia berharap Anies tidak melarang becak beroperasi karena bisa menghilangkan mata pencarian para tukang becak.
Nur Khasanah (56), warga Kalibaru Timur, juga mendukung niat Anies mempertahankan becak. "Bagus dong kalau kayak begitu, itu penolong rakyat kecil," katanya.
Nur mengatakan kerap menggunakan becak karena lebih cepat. Dia kerap terjebak macet saat menggunakan angkot. Karena itu, becak dia pilih sebagai alat transportasi utama.
"Saya sering ke mana saja, dari sini Kalibaru, Cilincing, Tanah Merdeka. Dari sini ke Kalibaru Rp 15 ribu, kalau ke Pasar Baru Rp 20 ribu. Naik becak karena biar cepat di jalan. Kalau naik angkot kan macet. Mahal dikit nggak masalah karena nyaman, juga nggak bahaya," ujarnya. (hri/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini