Meski terdapat satu masjid, tidak sekali pun kita mendengar suara azan bergema dari masjid seperti di kampung-kampung lainnya. Karena jarang digunakan, masjid sederhana yang berdinding kayu beralas tikar plastik ini terlihat tidak terurus. Mimbarnya pun hanya ada tulisan nama Masjid Babu Taubah dari kapur.
Kondisi ini akibat minimnya pengetahuan agama. Jangankan untuk salat, membaca Alquran saja mereka tidak bisa. Karena sejak dulu tidak ada guru mengaji.
![]() |
Rata-rata, warga hanya menghafal surah Al-Fatihah dan tiga surat pendek, yakni An-Nas, Al-Ikhlas, dan Al-Falaq. Sedangkan bacaan salat lainnya mereka tidak hafal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, kata dia, saat bulan Ramadan, warga menjalankan ibadah puasa dan salat tarawih di masjid. Biasanya mereka mendatangkan seorang ustaz dari kampung sebelah untuk menjadi imam selama sebulan.
"Kalau bulan Ramadan, kami semua puasa dan salat tarawih. Kami datangkan ustaz dari kampung lain untuk menetap di sini selama sebulan," lanjutnya.
Kondisi ini pulalah yang menjadi perhatian sekelompok anak muda dari berbagai komunitas untuk membuat program pemberantasan buta huruf Hijaiyah bersama Sekolah Kolong Project.
Hanya, diakui oleh relawan, mengajar warga ini harus dengan metode 'jemput bola'. Pasalnya, mulai pagi hingga petang, semua orang dewasa sibuk dengan aktivitas di sawah dan kebun.
"Satu-satunya cara dengan mendatangi mereka saat malam hari. Mereka sebenarnya sangat ingin belajar, tapi memang tidak ada guru dan metodenya harus jemput bola," ujar salah seorang relawan, Wahyudin.
Alumnus STIEM Boengaya ini juga mengaku memiliki keterbatasan tenaga relawan pengajar. Karena itu, ia berharap semua pihak yang ingin bekerja sama bisa turut serta. (asp/asp)












































