"Konsep keamanan siber kita menjaga supaya tidak ada ancaman yang menjadi kenyataan di alam siber. Kan banyak threat itu, banyak ancaman, kita justru memastikan masyarakat, private industry melakukan transaksi elektronik dengan aman. Itu yang sebenarnya fokus kerja kita," kata jubir BSSN Anton Setiyawan di kantornya, Jalan RM Harsono, Jakarta Selatan, Jumat (5/1/2018).
Anton menjelaskan tak mungkin lembaganya memata-matai setiap gerak-gerik masyarakat. Menurutnya, jumlah percakapan masyarakat Indonesia di WhatsApp sangat banyak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Toh, kalau teman-teman (pakai) logika, kan berapa miliar percakapan setiap detik dilakukan di WA, itu seluruh warga Indonesia. Masak saya melototin WA Mas. 'Saya lagi pesen Aqua. Saya lagi, istri saya lagi di rumah sakit.' Ngapain. Gitu, kan," katanya.
Sementara itu, Kepala BSSN Djoko Setiadi mengatakan lembaganya membutuhkan anggaran sekitar Rp 2 triliun. Namun hingga saat ini belum ada anggaran yang diberikan kepada lembaganya tersebut.
"Ya mungkin 2 atau 2 plus (Rp 2 triliun untuk anggaran)," tuturnya.
Djoko mengungkapkan telah diundang oleh Komisi I DPR untuk membahas anggaran yang akan diberikan kepada BSSN. Dia pun berencana berkoordinasi dengan sejumlah lembaga terkait agar tak ada tumpang tindih kewenangan.
"Ini yang akan kita akan ajukan nanti baru tanggal 16 (Januari 2018). Nanti kita akan diundang oleh DPR, oleh Komisi I. Kami sedang koordinasi dengan stakeholder, sehingga yang kami ajukan betul-betul tepat, berfungsi. Kami menghindari alat-alat yang tidak berguna, tidak berfungsi yang sudah dikerjakan oleh instansi lain," tuturnya. (jor/tor)