Trans Jogja Dalami Kabar Viral Difabel Ditolak Naik Bus

Trans Jogja Dalami Kabar Viral Difabel Ditolak Naik Bus

Jabbar Ramdhani - detikNews
Kamis, 04 Jan 2018 22:49 WIB
Ilustrasi bus Trans Jogja (Edzan/detikcom)
Jakarta - Foto seorang anak sekolah yang menggunakan kursi roda jadi viral di media sosial. Anak sekolah itu disebut tiga kali ditolak masuk bus Trans Jogja. Trans Jogja tengah mengecek duduk persoalan dari kabar viral tersebut.

Informasi ini dikabarkan seorang pengguna Twitter yang mengunggah foto anak sekolah tersebut. Anak sekolah itu ditolak masuk bus dengan alasan tak ada ruang bagi dia.

"Kasihan adik ini ditolak terus sama trans jogja 1A dengan alasan penuh, padahal di dalem bis sudah ada space untuk kursi roda, tetapi malah di pakai naroh barang," tulis Prasetyo Nugroho lewat akun @prasnug seperti dilihat detikcom, Kamis (4/1/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Foto tersebut diunggah pada Rabu (3/1) kemarin. Cuitan tersebut telah di-retweet sebanyak 1.014 kali dan mendapatkan 248 likes.


Terkait hal ini, Kepala UPT Trans Jogja Sumaryoto mengatakan akan meminta klarifikasi kepada petugas halte. Sebab, petugas halte merupakan pengendali utama.

"Saya baru besok manggil, kejadiannya seperti apa. Tentunya tidak sama dengan yang dilihat orang. Ya, tentunya perlu diklarifikasi bukan dari krunya, tapi dari petugas halte. Karena pengendali utamanya adalah petugas halte," kata Sumaryoto saat dihubungi detikcom.

Sumaryoto menjelaskan soal kemungkinan kondisi di dalam bus yang penuh. Hal itu dapat terjadi karena penumpang bandara kerap membawa barang dalam jumlah banyak.

"Cuma memang kalau di bandara itu serbasalah. Karena penumpang di bandara kan barangnya banyak. Itu biasanya suka ditaruh koper-koper. Padahal itu prioritas bagi disabilitas," ucap dia.

Dia memastikan di setiap bus Trans Jogja selalu tersedia ruang bagi difabel. Sumaryoto mengatakan sudah membagikan informasi ini kepada Direktur Operasional Trans Jogja.

Menurutnya, jika benar ada penolakan terhadap anak berkebutuhan khusus, hal itu merupakan sebuah catatan buruk bagi operator.

"Bus penuh atau bus bisa dimuati, tentu petugas halte yang tahu. Diingatkan, kok masih dilanggar? Kapasitas masih memungkinkan tapi tak dilayani, itu jadi rapor buruk bagi operator," ucap dia. (jbr/fjp)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads