"Di tahun 2017 selama 1 tahun di Jakarta ditemukan 109 kasus angka ini memang meningkat signifikan. Tahun 2014 itu 4 kasus, 2015 10 kasus, 2016 17 kasus dan 2017 melonjak menjadi 109 kasus," ungkap Anies, di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (3/1/2017).
Untuk mengatasi penyebaran wabah penyakit tersebut, Anies memastikan pihaknya akan terus menggalakkan upaya-upaya pencegahan yang luar biasa. Salah satunya, yakni Outbreak Response Immunization (ORI).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anies menambahkan, jika sebelumnya fokus pencegahan hanya dilakukan di Jakarta Barat dan Jakarta Utara, kali ini, ia akan fokus keenam wilayah, dari Jakarta Utara hingga Kepulauan Seribu. Targetnya, 1,9 juta anak akan divaksinasi.
"Kita sudah putuskan bahwa akan diteruskan ke seluruhnya, sehingga bukan hanya 1,2 juta orang yang menjadi target tapi 1,9 juta anak yang menjadi target," ungkap Anies.
Saat ini, pihaknya tengah menyusun langkah-langkah vaksinasi massal bagi anak-anak maupun orang dewasa. Vaksinasi tersebut masih akan bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan RI.
"Kita harus mencover lebih dari sekadar anak-anak tapi juga orang dewasa di Jakarta dan sekitarnya," ujar Anies.
Untuk diketahui difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri bernama Corynebacterium Diphteriae. Pada manusia bakteri ini umumnya menyerang saluran napas atas menyebabkan gejala seperti demam, sakit tenggorokan, dan yang khas munculnya selaput putih di sekitar amandel.
Difteri mematikan karena selaput putih yang disebut pseudomembrane dapat terus tumbuh tebal hingga seseorang kesulitan atau bahkan tidak bisa bernapas. Selain itu bakteri juga memproduksi toksin yang dapat merusak jantung, ginjal, dan saraf memicu komplikasi.
(ams/ams)