Menjajakan terompet dilakoni pria asal Cikarang, Jawa Barat, ini pada hari-hari menjelang pergantian tahun. Dalam kesehariannya, Roibi menjadi pedagang asongan.
Untuk pekerjaan musiman ini, Roibi harus datang ke Pasar Pagi Tambora, Jakarta Barat. Ada 1.000 terompet yang disiapkan Roibi untuk dijual.
"Bawa seribu (terompet). Per hari kadang-kadang laku 200 (terompet)," kata Roibi saat ditemui detikcom, Jumat (29/12/2017).
Ada bermacam jenis terompet yang dijual. Ada yang menyerupai saksofon, ada juga yang dihias mirip kepala naga. Harganya pun bervariasi, dari Rp 5 ribu hingga yang paling mahal Rp 25 ribu.
Tapi Roibi merasakan perbedaan penjualan terompet tahun ini dengan tahun sebelumnya. Menurutnya, jumlah pembelian terompet menurun.
"Sekarang sehari cuma Rp 70.000, tahun kemarin bisa sampai Rp 2.000.000. Modalnya Rp 2,5 juta. Tahun kemarin mah balik modal kalau sekarang mah belum tahu," kata Roibi.
Meski penjualan cenderung menurun, Roibi masih punya asa agar dagangannya habis terjual. "Ini kan kita anggap rezeki setahun sekali," tuturnya.
Tak cuma Roibi. Berjualan terompet menjelang tahun baru juga dilakukan Uki (39). Warga Cikarang ini sudah rutin berjualan terompet di Pasar Pagi hanya pada tahun baru sejak 1998.
Uki mulai berjualan terompet pada 25 Desember. Per hari, Uki bisa menjual 40-50 terompet.
"Kalau modal total semua Rp 3 juta. Kadang-kadang," terangnya.
Selama seminggu berjualan terompet, Uki mengaku biasanya bisa mendapatkan uang Rp 5.000.000. Meski demikian, agar bisa berjualan, pria yang sehari-hari bekerja sebagai petani ini terkadang harus meminjam dan menjual barang-barangnya.
"Kadang-kadang minjem kalo nggak saudara ya sama teman. Kadang-kadang jual barang juga," kata Uki.
Sama dengan Roibi, Uki menyebut penjualan terompet tahun ini lebih sepi. Namun Uki yakin jumlah terompet yang terjual akan meningkat pada malam pergantian tahun. (fdn/fdn)











































