Merawat Gereja Tertua Indonesia di Jakarta

Merawat Gereja Tertua Indonesia di Jakarta

Haris Fadhil - detikNews
Senin, 25 Des 2017 14:43 WIB
Gereja Sion. Foto: Haris Fadhil/detikcom
Jakarta - Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Sion atau lebih dikenal sebagai Gereja Sion merupakan salah satu gereja tertua di Indonesia. Gereja ini mulai dibangun pada 1693 dan selesai pada 1695.

Bangunan gereja ini dilindungi lewat SK Gubernur DKI Jakarta nomor CB: II/I/12/72 tanggal 10 Januari 1972. Bentuk bangunan serta barang-barang di dalamnya sebagian besar masih dipertahankan keasliannya.

Ruang ibadah di Gereja Sion.Ruang ibadah di Gereja Sion. Foto: Haris Fadhil/detikcom


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebagian besar masih kita pertahankan. Tapi ada juga yang karena kemajuan zaman dan kondisinya tidak bisa diperbaiki lagi," kata Sekretaris Umum Pelaksana Harian Majelis Jemaat (PHMJ) GPIB Sion, Benny Watulingas di Gereja Sion, Jalan Pangeran Jayakarta, Jakarta Barat, Senin (25/12/2017).

Benny menjelaskan aksesoris bangunan hanya diganti jika memang tak lagi bisa diperbaiki, seperti kaca jendela yang pecah. Ada pula tambahan perlengkapan modern untuk menunjang kenyamanan beribadah para jemaat, seperti penambahan lampu, pendingin ruangan, hingga pengeras suara.

"Ada juga kita tambahkan, seperti AC, terus lampu kita pasang sebagai pengganti lilin, ada juga speaker kita pasang," ujarnya.
Prasasti di Gereja Sion.Prasasti di Gereja Sion. Foto: Haris Fadhil/detikcom

Meski ada tambahan, suasana tempo dulu masih terasa di Gereja Sion ini. Mulai dari altar yang terbuat dari kayu jati berbentuk mahkota raja, mimbar berbentuk cawan, kursi kayu dengan berbagai ukiran, prasasti di dalam dan luar gereja, lonceng, hingga organ pipa yang sudah ada sejak gereja ini berdiri 322 tahun silam.

Ada satu kursi tua di gereja ini yang hanya digunakan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada zamannya. Soal organ pipa, Benny mengatakan alat musik itu sudah jarang dimainkan karena menjaga agar tidak terjadi kerusakan.

"Ini masih bisa dimainkan, tapi dibatasi. Sekarang mungkin 6 bulan sekali," jelas Benny.

Di gereja ini juga terdapat 11 makam, salah satunya makam Gubernur Jenderal Hindia Belanda Hendrick Zwaardecroon. Selain itu, pondasi gereja ini juga unik karena terdiri dari 10 ribu kayu dolken.

"Ini lantai tiap batunya 40 x 40 centimeter beratnya satu batu 10 kilogram. Nah ini di bawahnya, yang jadi pondasi 10 ribu kayu dolken. Fungsinya meredam bangunan agar tidak retak, tahan gempa," jelas petugas dari Balai Pelestarian Cagar Budaya, Tasum.

Sayangnya, gereja ini sudah tak mendapat anggaran untuk perawatan dari pemerintah sejak tahun 2001. Menurut Tasum, selama ini ia hanya melakukan perawatan ringan seperti membersihkan debu yang melekat di dinding ataupun ornamen-ornamen gereja.

"Kalau kita perbulan itu nggak ada. Kemarin itu ada perawatan waktu 2000-2001. Sampai sekarang belum ada anggaran turun," ujar Tasum.

"Operasional ya pihak pengelola paling yang kotor-kotor di lap saja. Penggantian nggak ada, pembersihan debu-debu yang ada nempel di kaca," imbuhnya.

Meski telah berusia lebih dari 3 abad, gereja yang bernama asli Portugeesche Buitenkerk ini masih terus digunakan jemaat untuk beribadah, salah satunya ibadah perayaan Natal. Sebanyak 340 jemaat pun dengan khidmat mengikuti ibadah Natal di gereja ini. Usai ibadah, sejumlah jemaat pun terlihat berfoto di dalam dan luar gereja. (HSF/bag)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads