"Soal dampak transportasi udara ini semua sudah tahu ya. Input-output-nya jelas. Ada rumusnya, dan bukan hanya teori karena di Banyuwangi sudah jalan dan kelihatan hasilnya. Jadi tinggal atur konsep pengembangannya terarah, dan pemda mendukung penuh," ujar Bupati Banyuwangi ini saat ditemui detikcom di Bandara Blimbingsari, Banyuwangi, Jatim, Sabtu (23/12/2017).
Anas mengusulkan sejumlah hal untuk pembangunan infrastruktur berbasis transportasi udara di Jatim. Salah satunya membangun landas pacu (runway) tambahan di Bandara Juanda, Surabaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal kedua yang jadi perhatian adalah potensi membuka terminal khusus pesawat berbiaya rendah (low cost carrier) di Juanda, karena salah satu penggerak pariwisata terbesar di dunia adalah pesawat berbiaya murah.
"Ketemu dengan bos AirAsia, Lion Air, misalnya, kita kerja bareng. Targetnya, boyong turis sebanyak-banyaknya dari Asia Tenggara karena kedekatan kultur, dari Tiongkok dan India yang sekarang jumlah wisatawannya gila-gilaan. Juga Jepang dan Australia," kata Anas.
Hal ketiga yang mendapat perhatian adalah peningkatan infrastruktur bandara di Malang, Sumenep, Jember, Banyuwangi, dan yang akan dibangun di Kediri.
Anas mengaku punya jurus tersendiri dalam mengembangkan infrastruktur transportasi udara karena punya pengalaman terukur saat berjibaku menggarap Bandara Banyuwangi. Bandara Banyuwangi sendiri mulai beroperasi 2010 pada era Anas menjabat.
Dari sebelumnya tak ada penerbangan, saat ini dalam sehari ada enam frekuensi penerbangan, yaitu tiga kali dari Surabaya dan tiga kali dari Jakarta. Jumlah penumpang terus melonjak 1.339 persen dari 7.826 orang pada 2011 menjadi 112.661 orang pada 2016. (dkp/dkp)











































