"Saya membantu masyarakat untuk persalinan atau melahirkan di daerah sini (Kayuagung), sejak tahun 80-an. Saya prihatin karena saat itu orang yang mau melahirkan harus ke rumah sakit dan tempatnya itu jauh, jalan juga sulit," kata nenek Siti Faridah saat dikonfirmasi detikcom, Jumat (22/12/2017).
Meskipun saat ini statusnya sebagai seorang janda, nenek Farida secara ikhlas menghibahkan tanahnya yang dibeli dari hasil keringat bersama almarhum suaminya. Tanah ini dihibahkan atas persetujuan suami sebelum meninggal untuk pembangunan pos kesehatan desa (Poskesdes), masjid dan sekolah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anak saya cuma satu, tapi ada anak angkat dan itu sudah seperti anak kandung saya sendiri. Bagi saya, menjadi seorang ibu tidak hanya mengenal kamar, kasur dan dapur saja, tapi juga sama dengan laki-laki harus kerja keras dan memiliki jiwa sosial tinggi," sambungnya.
Usianya sudah tidak lagi muda, tetapi nenek Farida tetap ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Di mana setiap ada orang yang akan melahirkan dengan bidan dan membutuhkan bantuannya, nenek Farida selalu siap sedia memberikan pertolongan.
Baginya, membantu orang melahirkan adalah kepuasan tersendiri karena telah ikut serta menyelamatkan jiwa warga sekitar. Bersama dua bidan yang saat ini berdinas di Poskesdes, nenek Farida mulai memberikan pemahaman pola hidup sehat.
Sementara itu, Kepala Desa Celikah, Kartiwan mengaku nenek Farida merupakan sosok legendaris di Kayuagung yang kerap membantu persalinan warga sejak tahun 80-an. Nenek Farida juga merupakan seorang Ibu yang cocok menjadi panutan masa kini.
"Kami masyarakat menilai beliau ini sosok legendaris, terutama di bidang kesehatan masyarakat di Desa Celikah. Untuk memperingati Hari Ibu ini, wajar jika seandainya kemarin beliau mendapat penghargaan dari Pemkab OKI sebagai tokoh sosial di bidang kesehatan, karena beliau juga menjadi motor penggerak perempuan untuk peduli kesehatan," kata Kartiwan memberikan testimoni tentang nenek Farida. (asp/asp)