Kisah Kemuning, Berjuang Turunkan Angka Kematian Ibu-Anak di Serang

Kisah Kemuning, Berjuang Turunkan Angka Kematian Ibu-Anak di Serang

Bahtiar Rifa'i - detikNews
Kamis, 21 Des 2017 11:35 WIB
Foto: Kemuning. (Bahtiar Rifai-detikcom)
Serang - Naluri kewanitaan Kemuning (41) terusik saat adiknya berjuang melahirkan, Januari 2012 lalu. 2 hari adiknya berjuang seorang diri dalam kamar, dilarang ke rumah sakit karena tak diizinkan keluarga.

Waktu itu, adiknya yang bernama Mariayah Ulfah mengalami kontraksi selama 2 hari. Ketuban di perutnya sudah pecah, kering, namun si jabang bayi tak kunjung keluar. Sekitar pukul 03.00 WIB pagi, Kemuning dipanggil adiknya yang sudah pucat pasi ke dalam kamar.

"Teh, aku mau hidup," kata Kemuning yang memiliki nama asli Teti Mulyati menirukan ucapan adiknya, kepada detikcom, Serang, Banten, Kamis (21/12/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kisah Kemuning, Berjuang Turunkan Angka Kematian Ibu-Anak di SerangFoto: Kegiatan FOPKIA bersama pasien ibu dan anak yang pernah ditangani di Serang. (Dokumentasi Kemuning)


Dari situ, nurani kewanitaan Kemuning bergejolak. Ia marah melihat adiknya melahirkan tanpa mendapatkan fasilitas kesehatan memadai. Apalagi di Serang, mau melahirkan, perempuan kadang dilarang pergi di rumah sakit. Entah dari keluarga, suami, atau lingkungan yang melarang.

Lalu pada 2012, bersama rekan-rekannya ia membuat sebuah Forum Peduli Kesehatan Ibu dan Anak (FOPKIA) di Serang. Sebuah forum komunikasi dengan tujuan gerakan kemanusiaan untuk penyelamatan ibu dan bayi saat melahirkan. Seingat Kemuning, sampai hari ini, ada 1.600-an ibu melahirkan yang sudah didampingi oleh forum ini dengan berbagai masalahnya.

Kisah Kemuning, Berjuang Turunkan Angka Kematian Ibu-Anak di SerangFoto: Kegiatan FOPKIA bersama pasien ibu dan anak yang pernah ditangani di Serang. (Dokumentasi Kemuning)


Forum ini kemudian membuat relawan dengan fokus di Kabupaten Serang. Tugasnya hanya satu, melaporkan ke forum begitu tahu ada resiko tinggi pada ibu yang mau melahirkan di kampung dan desa-desa. Mereka juga diminta mencatat apakah si ibu memiliki identitas seperti KTP atau kartu keluarga dan data pendukung lainnya.

Menurut Kemuning, angka kematian ibu dan anak saat melahirkan di Serang sungguh memprihatinkan. Tahun ini saja, ia mendapat data 52 kasus kematian dengan 6 di antaranya di bawah umur atau di bawah 20 tahun.

Kisah Kemuning, Berjuang Turunkan Angka Kematian Ibu-Anak di SerangFoto: Kegiatan FOPKIA bersama pasien ibu dan anak yang pernah ditangani di Serang. (Dokumentasi Kemuning)


Banyaknya kasus seperti ini menurutnya karena perempuan di Serang masih belum berdaya terkait keputusan mendapatkan akses fasilitas kesehatan seperti rumah sakit. Selain terbentur masalah biaya, kadang baik suami atau keluarga, melarang perempuan melahirkan di rumah sakit.

"Merasa kasihan, suaminya biayanya gimana. Atau keluarga nggak mendukung," katanya.

Masalah lain yang muncul adalah terkait data administrasi keluarga. Penduduk miskin di Serang menurutnya jarang mendapatkan jaminan kesehatan. Belum lagi data catatan lain seperti kepemilikan KTP, atau Kartu Keluarga. Bahkan, ada ibu yang kesulitan mendapat fasilitas kesehatan karena menjadi istri kedua atau ditinggalkan.

Sepanjang FOPKIA berdiri, selama 24 jam Kemuning mengaku selalu waspada. Ia dan suaminya, Eko (41), dan jaringannya selalu mendapatkan laporan dari desa-desa. Saat ini, forum ini memiliki ratusan relawan tersebar di Kecamatan Pontang, Pamarayan, Kragilan, Petir, Kramatwatu, Ciomas, Cikande, Bojonegara, Anyer dan Cikeusal. (bri/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads