"Era kompetisi sudah usai. Kalau tidak kolaborasi, kita tidak bisa berkembang. Selama ini terkadang pemerintah jalan sendiri, swasta jalan sendiri. Padahal kalau bergandengan tangan, hasilnya akan dahsyat," ujar Anas seusai peresmian pos antar obat gratis bagi warga miskin hasil kolaborasi dengan Go-Jek di Banyuwangi, Jumat (15/12/2017).
Menurut Anas, jika pemerintah daerah terbuka pada kolaborasi dengan inovasi sosial dan inovasi teknologi yang telah terbukti berhasil di masyarakat, maka warga akan semakin terlayani dengan baik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anas mencontohkan bagaimana di Banyuwangi berkolaborasi dengan salah satu perusahaan teknologi untuk layanan antar obat gratis ke warga miskin. Banyuwangi juga berkolaborasi dengan sebuah perusahaan teknologi untuk mengalirkan internet berbasis fiber optic ke desa-desa, dan kini telah menjangkau 130 desa di kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu.
Dalam waktu dekat, sambung Anas, Pemkab Banyuwangi juga berkolaborasi dengan salah satu startup teknologi pendidikan untuk pemerataan pendidikan ke desa-desa.
"Model-model kolaborasi itu kalau misalnya pemda bikin sendiri, ya sampai mati berdiri akan susah berjalan baik. Menjadi tidak efisien. Harus pengadaan macam-macam. Maka perlu kolaborasi dengan inovator sosial dan teknologi yang sudah terbukti berhasil, sehingga lebih efisien. Dampak ke warga juga cepat dirasakan secara optimal," imbuh Anas.
Anas menambahkan, cukup banyak hal yang bisa dikolaborasikan dalam skala luas di Jatim, khususnya untuk membantu kelompok masyarakat menengah ke bawah, kaum milenial, dan warga berkebutuhan khusus.
"Sudah saya petakan, tapi tentu tidak bisa saya sampaikan semuanya di sini secara teknis, nanti ada waktunya kami sampaikan," pungkas Anas. (bdh/nvl)











































