Selain untuk membantu kegiatan berkunjung ke tempat bersejarah, Kemenhub, dalam hal ini Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai Kelas 1 Tanjung Priok, bersama Museum Banten membantu mengenalkan situs bersejarah Gunung Krakatau menggunakan Kapal Negara Trisula dan Alugara.
Gunung ini terakhir kali meletus pada abad ke-19 dan menyebabkan perubahan iklim secara global. Saat gunung ini meletus pada 1883, dunia bahkan sempat gelap selama 2 hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, selain itu, PPLP memiliki tanggung jawab sosialisasi dan membantu masyarakat, khususnya mengenai kelautan. Termasuk misalnya tugas patroli laut yang dimiliki Dirjen Perhubungan Laut.
"Jadi kita diperintahkan para nakhoda tolong jalin link ke sekolah-sekolah, baik SMA biar ada pengetahuan bahwa di laut ada salah organisasi yang bekerja menjaga keamanan laut dan pantai," kata Pujo kepada wartawan, Bojonegara, Serang, Banten, Rabu (13/12/2017).
Pujo menambahkan, selain mengantarkan guru sejarah se-Banten mengenal Krakatau, dua KN Trisula dan Alugara ini kebetulan sedang melakukan patroli rutin di Selat Sunda. Khususnya patroli laut menghadapi Natal dan tahun baru di antara Pelabuhan Merak dan Bakauheni.
Sementara itu, Kepala UPT Museum Banten Tasrief Adrianto mengatakan, sebelum dikenalkan langsung, para guru sejarah se-Banten ini dibekali pengetahuan bagaimana Krakatau begitu lekat dengan sejarah Banten. Dari sejarah meletusnya sampai naskah-naskah kuno terkait catatan Krakatau.
"Fenomena Krakatau luar biasa. Guru-guru ini akan belajar ke mahagurunya, yaitu alam. Supaya terbuka wawasannya," kata Tasrief.
Bahkan, kata Tasrief, Banten, sebagai daerah paling terdampak saat Krakatau meletus, masih menyimpan kearifan lokal, cerita, dan naskah yang belum banyak diketahui masyarakat umum. (bri/asp)











































