Ridwan menyebut pertengkarannya dengan Aziz terjadi saat membahas surat Setya Novanto soal pengunduran diri dan penunjukan Aziz sebagai Ketua DPR. Ridwan menyebut perdebatannya dengan Aziz soal surat tersebut berlangsung keras.
Namun dia menjelaskan 'pertengkarannya' dengan Aziz tak terjadi di ruang Bamus DPR. Kejadian itu berlangsung di suatu ruangan khusus Golkar saat melakukan lobi-lobi pada waktu istirahat rapat Bamus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Saking kerasnya, keduanya harus dipisahkan elite Golkar lainnya, yaitu Aziz Samual. Begini percakapan 'tengkar' antara Ridwan (RH) dan Aziz (AS), versi cerita Ridwan:
RH: Pak Aziz, kenapa kok proses ini yang ditempuh?
AS: Loh, apa ada salahnya?
RH: Ya salah! Karena yang namanya DPP Golkar itu bukan ketum dan sekjen. DPP Partai Golkar adalah kolektif kolegial. Jadi ndak bener kalau ketum dan sekjen.
AS: Loh, Fadli Zon kan selama ini begitu?
RH: Ya, selama ini karena tidak ada masalah sehingga iya iya aja temen pengurus. Tapi kan sekarang ada masalah, harus dibicarakan.
Lalu, Ridwan menjelaskan soal pengangkatan Ketua DPR di era kepemimpinan Aburizal Bakrie (Ical) sebagai Ketua DPR. Menurut Ridwan, semua Ketua DPR yang diusulkan, termasuk di era Ical, melalui rapat pleno terlebih dahulu. Aziz mendebat Ridwan kembali.
AS: Tapi waktu pergantian kan nggak, Pak Novanto kembali?
RH: Ya nggak memang, karena memang kan keputusannya dulu sudah ada.
Perdebatan itulah, menurut Ridwan, yang membuatnya dan Aziz tegang. Forum lobi-lobi Golkar pun menganggap mereka seperti berkelahi.
"Terjadi kesalahpahaman antara saya dan Pak Aziz sehingga terjadi tidak sampai saling hantamlah. Kalau suara, iya, saling berteriak-berteriak gitu. Biasalah, saling mempertahankan, berdebat kan. Ya itu," pungkas Ridwan. (gbr/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini