Menurut Kasi Perencanaan dan Pemeliharaan Dinas Bina Marga Hans Mahendra, halte dengan konsep modern itu untuk menambah nilai wisata. Untuk urusan konsep, Bina Marga DKI bekerja sama dengan sejumlah arsitek, salah satunya dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).
"Kami bekerja sama dengan para arsitek dan seni budaya. Kami berkolaborasi dengan semua anak bangsa. Ada IAI, ada Institut Kesenian Jakarta. Kami ingin semua halte pada koridor yang sama berkonsep agar menambah nilai wisata dan dapat disampaikan pada wisatawan saat mereka melintas," kata Hans saat dimintai konfirmasi detikcom, Senin (11/12/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hans mengatakan halte di Jl Abdul Muis, misalnya, mengusung konsep Betawi dengan tema kayu. Maka itu, halte tersebut berwarna cokelat.
Ada beberapa halte lagi yang konsepnya akan diubah menjadi lebih modern. Diantaranya halte di depan gedung DPRD DKI Jakarta, halte di sekitar Monas, halte di Jalan Daan Mogot, dan di Jalan Matraman Raya.
"Ada Halte Abdul Muis dengan konsep Betawi. Ada halte DPRD dengan konsep rumah rakyat. Ada halte Monas dengan konsep gelora Merah-Putih dengan budayanya. Ada Halte Daan Mogot dengan konsep hijau daun," papar Hans.
Hans menuturkan anggaran renovasi halte masuk APBD DKI Jakarta 2017. Alokasi anggaran disediakan sebesar Rp 2 miliar.
"APBD dengan nomenklatur program peningkatan kualitas pelayanan publik urusan perhubungan. APBD 2017 total Rp 2 miliar," pungkasnya. (zak/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini