"Saya baca medsos ada yang nyinyir dengan aksi bela Palestina hari ini dan bela rohingya. Mereka nyinyiri ini PKS bisanya melakukan aksi membela masyarakat di negara lain, tidak lain apa yang terjadi di dalam negeri," katanya saat orasi di depan Kedubes AS, Jakarta Pusat, Minggu (10/12/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka tidak tahu. Di sini (aksi bela Palestina) kita tunjukan kepada mereka bahwa sebelum kita datang, bahwa kita sudah sigap di setiap tempat bencana kita datang dari awal," ucapnya.
"Kalau ini sudah kita tunjukan masih ada yang nyinyir, saya tidak tahu apa yang kita lakukan, mungkin kita akan nyengir aja," lanjut Sohibul.
PKS kumpulkan dana untuk korban bencana / Foto: Indra Komara/detikcom |
Dalam kesempatan itu dia juga mengatakan, kader PKS sudah memiliki jiwa penolong. Dikatakannya, memberi bantuan kepada sesama adalah DNA para kader.
"Oleh sebab itu saya briefing panitia tolong ketika kita imbau adanya sumbangan itu harusnya dua, satu untuk Palestina, satu untuk bencana di dalam negeri," tegasnya.
Sohibul mengingatkan kepada seluruh massa aksi untuk menjadi warga yang bisa berkontribusi pada negara Indonesia. Dengan begitu, lanjutnya, Indonesia menuju negara yang berwibawa dan maju bisa didapatkan.
"Mari kita bahu membahu untuk membangun negeri dengan sebaik-baikya. Bagi kita Yerusalem selalu berada di relung hati kita sehingga baitul maqdis jadi damai kembali. Tapi jangan lupa basis perjuangan kita adalah dari negara kesatuan," ujarnya.
Dalam aksi bela Palestina itu, PKS juga melakukan galang dana bantuan untuk Palestina dan korban bencana di Indonesia khusunya Gunung Agung di Bali. Dari informasi yang dihimpun, penggalangan itu berhasil mengumpulkan uang Rp 300 juta untuk sumbangan Palestina dan Rp 85 Juta untuk korban bencana Gunung agung.
"Untuk Palestina Rp 300 juta sementara terkumpul. Muter tadi pakai kain. Bali baru Rp 85 juta," kata Syakir, ketua umum DPW PKS DKI di lokasi.
(imk/imk)












































PKS kumpulkan dana untuk korban bencana / Foto: Indra Komara/detikcom