Melihat Geliat Mama-mama Papua Pembuat Noken

Melihat Geliat Mama-mama Papua Pembuat Noken

Albert Matatula - detikNews
Minggu, 10 Des 2017 15:21 WIB
Jayapura - Belum tersedianya galeri atau stand khusus bagi pengrajin tas Noken khas Wamena, menjadi salah satu kendala mama-mama Papua pengrajin noken dalam memasarkan hasil kerajinan tangannya. Saat ini penjualan noken hanya dipajang di pinggir jalan dan pusat keramaian, seperti di bandara dan pasar tradisional .

Sambil berjualan, dan menunggu pembeli biasanya mereka merajut noken yang akan dijualnya. Salah satu pengrajin noken asli Wamena, Cintya, berharap pemerintah memperhatikan para pengrajin noken agar mereka bisa menjual hasil kerajinan ditempat yang khusus seperti galeri.

"Kami berharap, kedepan pemerintah memperhatikan keberadaan kami, dan menyediakan tempat untuk kami berjualan," kata Cintya kepada detikcom, Minggu (10/12/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Noken yang dibuat oleh Cintya, jika tidak ada pekerjaan lain, satu tas noken bisa dikerjakan satu hari. Tetapi bila banyak pekerjaan seperti urus anak- anak dan keluarga, satu noken bisa selesai satu minggu.

Bahan-bahan untuk membuat noken, lanjut Cintya, biasanya dari kulit kayu. Tapi ada juga dari benang manila dan benang wool kemudian dirajut sesuai dengan pesanan atau model yang ia ciptakan.

Diakuinya, selama ini pembelinnya masyarakat yang ada di kota Wamena, maupun tamu-tamu yang berkunjung ke Wamena, ia juga menerima pesanan jika ada yang memesan model khusus.

"Sekarang saya sudah bergabung dengan kelompok pengrajin noken Sinapuk, sebelum bergabung penghasilan saya tidak tetap kadang ada kadang tidak. Tetapi setelah bergabung dengan kelompok Sinapuk ada peningkatan penghasilan karena biasanya ada pesanan dan kadang pembelinya ramai, jadi kita bisa dapat Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta," ungkapnya.

Ketua kelompok pengrajin noken Sinapuk, Ida Gobay mengatakan, ia mulai menangani kelompok sejak 2011. Ia bercerita, pembuatan noken ini, berawal dari orang tuanya yang merajut noken dengan mengunakan benang yang terbuat dari kulit kayu untuk membawa hasil panen mereka.

"Berawal dari orang tua kami, khususnnya kami punya suku ini, dulu mereka datang ke sini mama mama buat noken dengan merajut mengunakan benang asli dari kulit kayu, sekarang karena jaman semakin maju. Kami
mulai memodifikasi dengan model model baru, seperti baju, sepatu, topi dan gelang Wamena," tutur Ida.

Sementara, Ketua Umum Pengrajin Noken Wamena, Yustina Banua mengatakan pengrajin noken di beberapa kampung sudah ia kunjungi. Mereka mau bantu seperti benang, jarum dan perlengkapan merajut setelah jadi noken kemudian diperlihatkan.

"Kami berdayakan beberapa mama mama di kampung yang rajin membuat noken, dan hasilnya di jual ke toko suvenir yang ada di Wamena, juga kami promosikan dan menjualnya di setiap pameran yang kami ikuti," terang Yustina Banua.

Yustina menambahkan, kerinduan ia bersama mama mama pengrajin yang ada di Wamena, suatu saat dapat mempromosikan noken dengan pembuatan noken terbesar yang bisa masuk rekor dunia MURI. (asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads