"Dengan adanya peristiwa seperti ini kami alami memang harus ada yang kita ubah untuk ke depannya. Tidak hanya menyangkut Partai Golkar, tapi juga sistem politik yang seperti tengah gejala-gejala terinfeksi," kata Akbar dalam diskusi publik di Gado-gado Boplo, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (8/12/2017).
Akbar merasa khawatir, bila kondisi itu terus terjadi, akan timbul dampak buruk di Partai Golkar. Akbar meminta Golkar segera mengambil sikap dan langkah perubahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Kala Beringin Terjebak Novanto
Bila menengok ke belakang, pada masa kepemimpinannya Akbar menceritakan Golkar yang selalu diterpa isu Orde Baru. Bahkan, pada tahun berikutnya, Presiden Gus Dur sempat membekukan Golkar.
"Karena tidak ada hari tanpa isu Partai Golkar yang disebut pendukung rezim Orba dan lainnya, itu yang disuarakan tiap hari. Alhamdulillah saat itu masih bisa nomor 2 dan persentasinya masih 5 persen. Gus Dur sendiri sampai mengeluarkan dekrit untuk membekukan Partai Golkar," papar Akbar.
Akbar mengaku cara yang dilakukannya kala itu adalah meyakinkan kembali publik. "Itu kami hadapi dengan cara kami, hingga akhirnya publik yakin bahwa kami membawa satu cita-cita perjuangan dan tidak ada yang salah dengan Golkar," tutupnya.
Turut hadir dalam diskusi publik itu peneliti LIPI Siti Zuhro, mantan Sekjen Golkar Sarwono Kusumatmadja, Wasekjen Partai Golkar Sarmuji, dan Ketua DPD I Jawa Barat Dedi Mulyadi. (adf/nvl)











































