Cerita pilu bermula saat Mesek Wungko menderita penyakit gagal ginjal dan mengembuskan napas terakhir di RSUD Sawerigading pada Jumat (1/12/2017) lalu. Alhasil, Mesek harus dibawa pulang ke Desa Onondowa, Kecamatan Rampi, Kabupaten Luwu Utara, untuk dikebumikan.
![]() |
Karena mahalnya transportasi, warga menggotong jenazah Mesek Wungko dari wilayah Bada, Kecamatan Lore Selatan, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, menyusuri hutan belantara yang masih perawan ke Onondowa. Keluarga korban, Frans Aris Paelo, menyatakan mereka terpaksa menggotong mayat karena tidak mampu mencarter pesawat.
"Ceritanya begini, pada hari Jumat mayat Mesek ingin kita bawa ke Onondowa menggunakan pesawat. Tapi tarifnya terlalu mahal, Rp 50 juta," ujar Frans kepada detikcom, Selasa (5/12/2017).
![]() |
Karena tidak mampu membayar sewa carter pesawat perintis, mereka sepakat membawa mayat Mesek ke wilayah Bada menggunakan ambulans.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rampi berjarak 86 km dari Masamba, ibu kota Luwu Utara, dan merupakan salah satu kecamatan terpencil. Hanya ada dua akses menuju Rampi, yakni dari Masamba dan melalui Bada, Sulawesi Tengah.
Jika lewat Masamba, harus menumpang pesawat perintis dari Bandara Andi Djemma atau bisa menggunakan motor modifikasi menyusuri jalan setapak yang cukup ekstrem. Sementara itu, jika melalui Bada, Sulawesi Tengah, dirasa relatif lebih dekat.
"Kami memilih ke Bada supaya lebih dekat menggotong mayat ke Onondowa, kalau dari Masamba jauh sekali," katanya.
![]() |
Foto yang diunggah netizen bernama Nefliati Lasoru sontak membuat air mata warganet meleleh.
Mereka tak menyangka, jika di Sulawesi Selatan, masih ada kawasan yang masih sangat terpencil, belum ada infrastruktur jalan dan sulit dilalui kendaraan bermotor biasa.
"Seprimitifnya pedalaman Papua, tak ada warganya ditandu sampai berpuluh puluh km jika meninggal dunia, kasihan warga Rampi," cetus warganet. (asp/asp)