"Adek kemarin kan bilang sekolah di kandang kerbau. Adek ngeluh ke Presiden ke Gubernur. Sekarang Ibu mau nolongin, jadi gimana? Harus jelas. Sekarang mau Ibu cari solusinya," kata Tatu Chasanah kepada siswa bernama Devi di pendapa Bupati Serang, Kota Serang, Senin (4/11/2017).
"Coba Adek bicara, betul nggak itu soal kandang kerbau. Pokoknya Ibu ngedengernya Adek saja karena Adek (yang bilang) kandang kerbau," katanya lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Tatu, pemda sebetulnya tidak membiarkan ada siswa di daerahnya yang bersekolah di kandang kerbau. Namun ia bingung kenapa ada anak siswa sampai bicara kepada umum soal belajar di sekolah tidak layak.
Tatu juga menuding, ada media yang ingin membunuh karakternya mengenai banyaknya sekolah rusak dan warga yang tinggal di rumah tidak layak huni di Kabupaten Serang.
"Dimanfaatkan untuk membunuh karakter saya," katanya.
Dari pantauan, pertemuan antara bupati, tokoh masyarakat, komite sekolah dan perwakilan, serta siswa tersebut tidak menyepakati adanya relokasi untuk siswa yang bersekolah di bekas kandang kerbau.
Kepada wartawan, Tatu mengatakan pihak warga dan keluarga SD Sadah menolak direlokasi. Padahal, menurutnya, ia telah memberikan penjelasan mengenai proses dan pengadaan lahan yang sempat gagal.
"Tadi kita tanyakan kembali nggak mau pindah. Sekaligus ini klarifikasi bahwa ruang itu bukan ruangan kandang kerbau," katanya.
Pada 2018, Tatu mengatakan akan membuatkan bangunan baru terkait SD Sadah. Ada pemilik lahan di sana yang mau menjual lahan seluas 1.300 meter persegi yang sesuai dengan apraisal harga 2017.
Tatu juga mengaku pemerintah daerah memang lambat dalam menangani persoalan SD Sadah setelah tergusur oleh rencana pembangunan Pusat Pemkab pada 2015. Ia mengatakan, meskipun waktu itu sebagai wakil Bupati Serang, saat persoalan sekolah ini muncul, dirinya sudah tidak aktif menjabat.
"Itu kan zaman 2015, saya belum jadi bupati. Kalau secara keseluruhan, disebut lambat boleh. Tapi nggak semudah itu juga," katanya.
Beberapa warga yang hadir dan komite sekolah pun menolak usulan bupati soal relokasi ke sekolah terdekat.
"Sampai semalam kami tetap menolak apa pun bahasanya," kata salah satu perwakilan warga bernama Hawasi. (bri/asp)











































