"Pada kesempatan ini saya juga menyampaikan bahwa keluarga adalah lingkungan paling pertama untuk menanamkan nilai-nilai perdamaian. Maka itu saya mengajak ibu-ibu rumah tangga, dalam rangka Hari Ibu untuk kita semua bangkit dan menjadi peace maker di dalam keluarga kita masing-masing," ujar Yohana saat pembukaan simposium nasional 'Peran Ibu untuk Perdamaian' di Hotel Shangri-La, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Senin (4/12/2017).
Yohana mengatakan ibu rumah tangga dapat menyelesaikan berbagai macam konflik, tak hanya urusan rumah tangga, tetapi negara sekalipun. Konflik negara yang dicontohkan Yohana adalah di Afganistan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami berharap perempuan Afganistan bisa menjadi mediator untuk menyelesaikan konflik sosial dan sebagai juru damai dalam konflik internal maupun internasional. Perempuan yang menjadi jembatan dan pemimpin agama dapat berkontribusi menyumbang kegiatan sosial dengan cara mereka masing-masing untuk mendukung perdamaian," tutur Yohana.
Hal itu disampaikan Yohana di hadapan Ibu Negara Afganistan Rula Ghani. Menurut Yohana, partisipasi perempuan sangat penting untuk pembangunan bangsa.
"Sayangnya, peran perempuan masih sering luput dari narasi tentang konflik. Peran perempuan sebagai perunding kedamaian seharusnya mendapatkan peran publik yang adil dalam konteks partisipasi perempuan untuk pembangunan bangsa. Tidak seluruh konflik sosial bisa diselesaikan oleh laki-laki," ujar Yohana. (dhn/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini