Berdasarkan laporan pengamatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Jumat (1/12/2017) periode 00.00-06.00 Wita, asap kawah bertekanan lemah hingga sedang teramati berwarna putih dan sedikit kelabu. Intensitas awan sedang dengan ketinggian hingga 2.000 meter dari puncak kawah.
"Sekarang (lebih banyak) uap air ya, tapi material vulkanik (abu) masih kelihatan. Jadi sudah freatik (letusan karena tekanan uap air) dan magmatik, walau freatik sudah membawa material magmatik. Kalau sekarang yang asap warna putih, persentase uap airnya lebih banyak," kata Kepala PVMBG Kasbani di Pos Pengamatan Gunung Agung, Rendang, Karangasem, Bali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pembentukan badai itu tidak terkait langsung, tapi mempengaruhi pergerakan abu. Kalau semburannya ke atas dan dia bergerak ke timur laut dipengaruhi arah angin," ujar Kasbani.
Sementara itu, kegempaan tremor overscale sudah tiga kali tercatat oleh seismograf PVMBG di Rendang. Kasbani menegaskan overscale ini menandakan adanya tekanan magmatik yang mendorong kuat ke atas.
"Lava sudah memenuhi lantai kawah dan kantong magma berada 4 kilometer di bawah kawah tapi dia naik terus. Kalau letusan efusif, lava hanya keluar. Tapi, kalau tekanan gasnya masih banyak dan terus bertambah, bisa ada kemungkinan eksplosif," ucap Kasbani.
Terkait berkurangnya intensitas asap Gunung Agung dibandingkan tiga hari lalu, Kasbani menyatakan hal itu biasa terjadi. Tebal atau tidaknya asap yang dikeluarkan selalu fluktuatif, namun bukan berarti aktivitas gunung api tersebut menurun.
"Itu biasa, fluktuatif dalam kondisi ini. Tapi intinya aktivitas masih tinggi, gempa tremor overscale saja sudah tercatat tiga kali," ungkap Kasbani. (vid/jor)