"Menurut kakek saya, waktu tahun 1963, letusan sekarang ini pertanda sebelum letusan yang jauh lebih dahsyat," kata Sega kepada detikcom di Selat, Karangasem, Bali, Selasa (28/11/2017).
Sega menceritakan kakeknya mengalami abu vulkanik karena tinggal di Sebudi, Karangasem, 6 Km dari kawah Gunung Agung. Setelah abu turun, lahar dingin terjadi hingga memutuskan jembatan desa dan merusak sawah warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria 31 tahun itu menambahkan, kakeknya mengalami hujan krikil tak lama setelah lahar dingin membawa bebatuan setelah 1 bulan. Hujan krikil itu terjadi setidaknya satu pekan hingga letusan besar membuat warga berlari menyelamatkan diri.
"Evakuasi dan status-status gunung dulu belum ada. Kakek saya sudah takut karena teringat hujan abu, banjir lumpur, lalu bebatuan, baru hujan krikil semingguan. Tiba-tiba letusan besar, lebih besar dari yang sekarang ini," ucap Sega.
"Waktu itu kakek usianya 12 tahun pas tahun 1963. Sekarang kakek sudah mengungsi di Sidemen. Saya belum karena ingin lihat letusan Gunung Agung," pungkas Sega. (vid/asp)











































