Hal tersebut terjadi sesaat sebelum Jokowi menyampaikan pidato pembukaan Festival Keraton Nusantara ke-XI di Istana Maimun, Jl Sultan Ma'moen Al Rasyid No 66 Kota Medan, Sumatera Utara, Minggu (26/11/2017). Jokowi tiba-tiba menanyakan keberadaan penari Melayu yang menampilkan tarian Melayu 'Selamat Datang' lengkap dengan tepak sirih, hasanah Melayu.
"Mana tadi penarinya? Saya minta ditemenin," kaya Jokowi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masa cuma dua. Semuanya dong. Ayo sini temenin saya. Nanti saya beri sepeda, tapi cuma satu," kata Jokowi.
Lantas keluarlah para penari yang dimaksud. Ada sepuluh orang yang terdiri dari 7 perempuan dan 3 laki-laki.
"Mana payungnya tadi. Bawa dong," kata Jokowi.
"Mendapingi presiden kok nggak komplit. Saya itu kalau di atas panggung sendiri itu kok nggak nyaman," tambah Jokowi yang disambut tawa para raja, permaisuri, sultan dan putri keraton se-nusantara.
Jokowi pun memberi sambutannya. Sebelum memulai, dia tak lupa berpantun.
"Hujan panas turun sehari. Guruh menyambar pohon jati. Hati hamba sungguh sangat berseri. Karena bisa hadir di Istana Maimun ini," kata Jokowi.
Dalam sambutannya, Jokowi mengatakan, pada September lalu, dia hadir dalam penutupan Festival Keraton Nusantara di Taman Goa Sunyaragi, Keraton Kasepuhan Cirebon. Kini dia kembali hadir dalam pembukaan Festival Keraton Nusantara di Istana Maimun, Medan.
"Ini sebagai bentuk apresiasi saya, kecintaan saya, kebanggaan saya pada seluruh warisan adat dan budaya bangsa kita yang memang sangat kaya, yang memang sangat beragam," katanya.
Dia juga mengatakan, pada pada Sabtu (26/11) kemarin, dirinya ikut dalam prosesi tarian manortor dalam pesta adat Mandailing yang disebut Mata Ni Horja. "Saya manortor di hadapan para raja dari berbagai Marga," katanya.
"Saya semakin kagum dengan kekayaan budaya yang kita miliki di setiap proses, bukan hanya memiliki keindahan estetika yang tinggi, tapi terkandung pesan-pesan simbolik yang sangat bermakna, yang bisa menjadi landasan etik dalam kehidupan kita sehari-hari," katanya.
Dia juga menjelaskan, di setiap prosesi adat terkandung pesan untuk saling menghormati. Jokowi juga berpesan agar selalu memperhatikan tata krama, sopan-santun, menjaga kebersamaan, serta menguatkan tali persaudaraan.
"Saya melihat nilai-nilai adiluhung itu hidup dalam tradisi adat-budaya di setiap suku di Indonesia. Apakah dalam adat-budaya suku Batak, suku Melayu, suku Jawa, suku Bugis dan suku-suku yang lain," katanya. (jor/nvl)