Sempat Tak Dianggap, Kuda Lumping Jateng Kembali Bergeliat

Sempat Tak Dianggap, Kuda Lumping Jateng Kembali Bergeliat

Muhammad Idris - detikNews
Sabtu, 25 Nov 2017 21:22 WIB
Foto: Gubernur Jateng Ganjar Pranowo ikut memainkan Kuda Lumping di Temanggung (Dok. Pemprov Jateng)
Temanggung - Selama puluhan tahun, pamor kuda lumping atau jaran kepang seperti tenggelam oleh zaman. Bahkan pernah disebut sebagai kesenian terburuk di dunia.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) saat ini tengah berupaya menaikkan martabat kuda lumping sebagai kesenian kebanggaan wilayahnya.

Sedekah Turonggo Bhumi Pala di Lapangan Gondangwinangun, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Sabtu (25/11/2017), adalah momentumnya. Seribu kuda lumping yang berpentas kolosal, siang itu dipastikan akan menjadi event tahunan sebagai salah satu wisata budaya andalan Jateng.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo ikut ambil bagian dalam acara tersebut. Dirinya tak cuma hadir, tapi juga ikut terjun ke lapangan. Mengenakan kostum penari, dia berjingkrak-jingkrak selama satu jam bersama ribuan pelaku seni tradisi. Tangannya yang memegang kuda lumping aktif bergerak seirama alunan musik yang rancak.

Orang nomor satu di Jateng ini seakan tak memedulikan lapangan pagelaran yang becek akibat diguyur hujan. Sesekali ia menghantamkan pecutnya ke tanah sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.

Melihat gubernur mereka terlihat menikmati tarian yang juga disebut jathilan ini, ribuan warga kemudian kompak bertepuk tangan panjang. Tak terhitung kamera di telepon seluler warga diacungkan untuk mengabadikan momen langka itu.

"Luwes sekali ya Pak Ganjar. Jogetannya juga pas sekali, baru tahu ternyata pinter 'njathil'," kata salah satu penonton, Sutarti (35).

"Mau njathil bareng rakyat, gubernurku pancen top tenan," imbuh Tomo (41) warga Temanggung lainnya.

Dalam kesempatan itu, Ganjar juga dinobatkan sebagai Bapak Jaran Kepang Jawa Tengah. Penobatan itu diberikan oleh para seniman Jaran Kepang atas dedikasi Ganjar terhadap kesenian itu.

Ditemui usai pagelaran, Ganjar mengaku tidak melakukan latihan khusus. Ia telah beberapa kali ikut menari di event jathilan sehingga sudah cukup paham gerakannya. Namun tak urung ia merasa kerepotan juga ketika ada gerakan-gerakan yang belum ia kuasai.

"Kalau dilihat sepertinya mudah, ternyata ora gampang. Saya asal saja mengikuti feel-nya," kata Ganjar dalam keterangan tertulis dari Pemprov Jateng, Sabtu (25/11/2017).

Menurut Ganjar, seribu jaran kepang ini harus terus digelar setiap tahun. Selain untuk melestarikan tradisi juga bisa dikemas sebagai event pariwisata.

Ia optimistis, para turis akan suka dan tak segan ikut menari jaran kepang. "Nanti dari 1.000 jaran kepan itu, 100 diberikan kepada turis. Ajak mereka menari bersama, tentu sangat menarik," tegasnya.

Pihaknya memastikan akan mendukung hal itu. Ia tidak mau kesenian Kuda Lumping tidak diperhatikan seperti sebelum-sebelumnya sehingga kehilangan pamornya.

"Ini aset kebudayaam bernilai tinggi. Harus didukung dan masuk kalender event pariwisata Jawa Tengah sebagai event budaya tahunan andalan," tuturnya.

Agar terwujud, sambungnya, maka para seniman jathilan punya pekerjaan rumah dalam segi kaderisasi. Ganjar menginginkan agar proses pengkaderan seniman kuda lumping harus dilakukan secara masif.

Selain itu, Ganjar juga berpesan kepada para seniman kuda lumping untuk melakukan kreasi dalam hal koreografi. "Biar tidak monoton, harus ada kreasi dan koreografi baru agar masyarakat khususnya wisatawan asing tidak bosan meskipun mengunjungi event ini setiap tahun," pungkasnya.



(idr/nwy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads