"Ini kan soal moral, ini kan susah kita mengukur. Banyak juga kader yang dianggap bagus tapi kemudian lompat pagar," kata Watubun di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (23/11/2017).
Watubun mengatakan seorang pemimpin, termasuk kepala daerah, harus punya prinsip teguh membangun bangsa. Menurutnya, hal prinsip tersebut harusnya berlaku juga pada Emil Dardak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski Emil memilih maju di Pilgub Jatim, dia mengatakan partainya tak merasa kecolongan. Menurut Watubun, sosok yang tak konsisten kurang pas jika jadi pemimpin.
"Ini soal moral, soal etika berpolitik, jadi bukan soal kecolongan atau tidak kecolongan. Anda juga kalau masuk PDIP dengan kerelaan masuk," sebut anggota Komisi II DPR itu.
"Kalau mau keluar, keluar saja. Tapi kan ini soal etika, masa apa lagi jadi pemimpin bisa seperti begitu kan tidak pas," lanjut Watubun.
Walau demikian, Watubun mengatakan Bupati Trenggalek itu merupakan salah seorang kader PDIP yang potensial. Namun dia menyatakan tak bisa berbuat banyak dengan keputusan Emil yang sempat mengikuti sekolah partai PDIP.
"Kemarin dia salah satu murid saya, dia ikut proses sekolah kepala daerah di dinas itu. Ini saya lihat kader muda yang sangat berpotensi menjadi orang besar ke depan," ujar dia.
"Tapi menjadi pemimpin tidak cukup dengan kecerdasan tapi juga harus punya prinsip teguh. Krisis kepemimpinan Indonesia hari ini itu akibat dari pemimpin-pemimpin politik yang tidak lebih dari, ya perkumpulan gerombolan politik saja," tambah Watubun.
Seperti diketahui, Emil memilih tidak mengikuti garis partai dengan menjadi bakal cawagub Khofifah di Pilgub Jatim. Keputusan PDIP adalah mengusung Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Abdullah Azwar Anas bersama PKB. Anas sendiri merupakan kader PDIP. (gbr/elz)











































