Kondisi miris ini dialami sejumlah siswa SD asal Dusun Sialang Harapan, Desa Batu Sakat, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kab Kampar. Para siswa sudah dua tahun ini setiap pergi dan pulang sekolah harus melintasi sungai Lipai.
Foto: chaidir tanjung |
Walau sudah berpakaian seragam dari rumahnya, siswa ini harus membuka sepatunya untuk melintasi sungai. Ke dalam sungai saat normal setinggi betis orang dewasa normal.
Jadi kadang, walau sudah buka sepatu, namun rok atau celana panjang para pelajar ini tetap basah. Dua tahun sudah berjalan, kondisi jembatan tak kunjung di perbaiki Pemkab Kampar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi jembatan yang belum ada perhatian dari pemerintah ini, kata Rico sudah pernah disampaikan warga langsung ke Pemkab Kampar. Malah warga setempat pernah demo untuk meminta dibangunkan jembatan yang baru lagi, agar akses ke dusun tersebut bisa lancar.
"Saya juga sudah sampaikan surat langsung ke Menteri PUPR di Jakarta. Kami kasihkan bukti foto-foto anak sekolah yang terpaksa lewat sungai karena jembatan rusak," kata Rico.
Foto: chaidir tanjung |
Masih menurut Rico, sebenarnya anak-anak sekolah ini sudah lama mengeluhkan yang saban hari melintasi sungaI. Apa lagi jika kondisi hujan datang, maka permukaan air sungai akan meluap.
"Kalau turun hujan tentu sulit mereka melintasi sungai. Walau kondisinya seperti itu, namun anak-anak sekolah ini tetap semangat mengjar ilmu," kata Rico.
Foto: chaidir tanjung |
Jarak dari dusun siswa ini ke sekolah mereka sekitar 3 km. Artinya, setelah menyeberang sungai anak-anak ini harus berjalan kaki sekitar 3 Km lagi.
"Dan kondisi jalannnya juga berlumpur kalau musim penghujan. Kalau sudah turun hujan, jangan harap kendaraan bisa melintas di sana," kata Rico. (cha/asp)












































Foto: chaidir tanjung
Foto: chaidir tanjung
Foto: chaidir tanjung