Ketua Golkar NTT: Kepala Setya Novanto Agak Benjol

Ketua Golkar NTT: Kepala Setya Novanto Agak Benjol

Nur Indah Fatmawati - detikNews
Sabtu, 18 Nov 2017 13:21 WIB
Ketua Golkar NTT: Kepala Setya Novanto Agak Benjol
Melki Laka Lena (baju kuning). (Rengga Sancaya/detikcom)
Jakarta - Ketua DPD I Partai Golkar NTT Melki Laka Lena mengaku sudah menjenguk Setya Novanto pascakecelakaan. Menurutnya, kepala Ketua Umum Golkar itu memang benjol.

Menurut pengakuan Melki, dia menjenguk Novanto pada Kamis (16/11) seusai pertemuan dengan DPD I. Dalam pertemuan itu, dihasilkan keputusan Golkar masih solid, dengan Novanto sebagai ketua umumnya.

"Setelah itu, kami menuju RS Medika (Permata Hijau). Sampai ke atas ada 8 orang penyidik KPK, ada Pak Fredrich, istri Pak Nov. Kita lihat kondisi Pak Nov. Saya lihat memang kondisi kepala sebelah kirinya agak benjol," ucap Melki dalam diskusi 'Dramaturgi Setya Novanto' di Warung Daun, Jl Cikini Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (18/11/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

[Gambas:Video 20detik]

Dia kemudian sempat ditanya ulang untuk memastikan apa benar kepala Ketua DPR itu benjol atau hanya memar. Namun dia berkilah tidak ingin berpendapat di wilayah hukum.

"Nggak, ini kan kondisi kesehatan," ujar Jaka Lelana, yang memandu acara.

Melki kemudian menjawab dengan agak ragu. "Saya hanya mau bicara bahwa kepala sebelah kirinya agak benjol. Tapi saya nggak tahu karena sudah diperban," katanya.


Mulanya Melki sempat menolak sewaktu ditanya soal kondisi spesifik kepala Novanto, apakah benar benjol atau hanya memar.

Melki juga menambahkan tidak ambil pusing atas beredarnya kabar bahwa kecelakaan Novanto fiktif. Bagi Melki, yang terpenting adalah peristiwa yang menimpa Novanto ini bisa selesai di jalur masing-masing sesuai dengan kewenangan yang menangani.

"Otoritas kepolisian yang menganalisis (terjadinya kecelakaan). Kalau medis ya ke orang medis, disupervisi oleh IDI. Urusan hukum oleh KPK dan pengacara," tutur Melki.

"Kami ingin urusan Pak Novanto ini adalah urusan personal Pak Nov. Tapi belakangan perkara ini ingin mendelegitimasi Partai Golkar," tukasnya. (nif/tor)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads