"Hingga saat ini tercatat 100 kasus DBD terjadi di Kota Lhokseumawe, namun kondisi ini menurun dari kasus di tahun sebelumnya. Syukur, tahun ini sudah menurun walau masih mencapai angka seratus," kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe, Herlizar, kepada wartawan, Jumat (17/11/2017).
Foto: Fogging di Kota Lhokseumawe (Datuk Haris Molana/detikcom) |
Dia menyebutkan tingkat kepedulian masyarakat terhadap wabah penyakit yang ditimbulkan dari nyamuk Aides aegypti sudah mulai tinggi. Tetapi, Dinas Kesehatan tidak hentinya melakukan sosialisasi dalam menumpas penyakit yang sangat bahaya tersebut.
"Kita terus mengingatkan masyarakat tentang pentingnya kesadaran dalam menjaga lingkungan tetap bersih, asri, sehingga nyamuk mematikan itu tidak tumbuh dan berkembang disekitar rumah. Selain itu, petugas juga diturunkan untuk membasmi nyamuk," sebut Herlizar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara salah seorang warga Desa Hagu Tengoh, Diah Pasha, mengatakan sangat membutuhkan adanya pengontrolan yang dilakukan petugas dengan cara di fogging di setiap permukiman warga yang masuk kategori endemis.
Foto: Fogging di Kota Lhokseumawe (Datuk Haris Molana/detikcom) |
"Tadi saya lihat ada petugas fogging, saya langsung meminta agar dilakukan fogging di sekitar rumah. Soalnya, anak perempuan saya baru saja keluar dari RS karena mengidap DBD," sebut Diah.
Diah berharap kegiatan fogging terus dilakukan pemerintah agar masyarakat selain membersihkan lingkungan rumah masing- masing juga disertai dengan adanya fogging sehingga nyamuk mematikan itu tidak tumbuh dan berkembang di sekitar rumah. (dnu/dnu)












































Foto: Fogging di Kota Lhokseumawe (Datuk Haris Molana/detikcom)
Foto: Fogging di Kota Lhokseumawe (Datuk Haris Molana/detikcom)