Rumah jamur berukuran 7 x 21 meter diketahui lahir dari ide mahasiswa dan masyarakat di Kampung Pedado yang biasa disebut dengan rumah Belajar Ceria (RBC). Melalui komunitas ini, limbah bekas sisa potongan kayu diolah menjadi sumber pendapatan yang memiliki nilai jual tinggi.
![]() |
Mahatir Marliansyah selaku pembina mengaku sudah memulai usaha bersama masyarakat sejak Agustus 2016 lalu. Awalnya, komunitas RBC sedang menjalankan aktifitas belajar mengajar dan melihat lahan tidur yang tidak dikelola.
"Saat belajar mengajar itu, kami melihat ada potensi yang tidak dimanfaatkan, baik masyarakat sekitar maupun kondisi alam yang tidak digunakan karena pasang surut air. Satu tahun itu masyarakat hanya bisa bertani untuk tanam padi 1 kali dalam setahun dan kami menilai ini sangat sayang kalau tidak dimanfaatkan," terang Mahatir saat ditemui detikcom di Kampung Pedado, Kamis (16/11/2017).
![]() |
Melihat kondisi seperti ini, Mahatir bersama rekan satu komunitas mulai melakukan pengkajian dan menemukan adanya sisa potongan kayu yang tidak dimanfaatkan dengan baik. Potongan kayu yang dapat menjadi media tumbuhnya jamur tiram dengan sangat subur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah berjalan selama 4 bulan dari rumah jamur sederhana, komunitas RBC mulai menggandeng masyarakat sekitar untuk mensosialisasikan keberhasilan mereka. Apa yang disampaikan dengan bukti hasil panen, menjadikan masyarakat semakin yakni.
"Saat kami sosialisasikan, masyarakat mulai yakin karena saat itu jamur tiram tumbuh subur. Karena memang media budidayanya yang berupa limbah potongan kayu sangat mendukung untuk tumbuhnya jamur ini," sambungnya.
![]() |
Selanjutnya, pada Januari 2017 masyarakat bersama komunitas mulai memperbesar rumah melalui dana Corporate Sosial Responsibility (CSR) dari perusahaan BUMN sekitar. Rumah itu, kini berdiri kokoh dengan menghasilkan 5-10 kg jamur per hari.
"Kalau harga jual sekarang itu Rp 20 ribu per kg. Kami sebagai komunitas menilai ini adalah terobosan baru bagi masyarakat untuk menambah penghasilan, jadi selain mereka bertani dan nelayan juga bisa dapat uang harian," sambungnya lagi.
![]() |
Selain menambah nilai ekonomi masyarakat sekitar, Rumah Jamur Pedado kini mulai ditergetkan menjadi pusat wisata jamur di kota Pempek. Di mana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel sudah melakukan peninjauan untuk mendukung fasilitas yang diperlukan.
Sedangkan komunitas yang dulunya menjadi penggerak utama, kini hanya menjadi pembina yang terus memberikan eduksi pada masyarakat sekitar. Serta tetap memberikan pendidikan pada anak-anak di kawasan tepian sungai Musi. (asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini