"Ada perusahaan sawit yang memiliki ribuan hektare sudah lama secara bertahap membuat parit gajah. Ini guna menghindari gajah masuk ke perkebunan sawit perusahaan asing itu," kata Koordinator Rimba Satwa Foundation, Zulhusni, kepada detikcom, Senin (13/11/2017).
Menurut Husni, dengan adanya parit gajah dengan kedalaman parit sekitar 5 meter dan lebar di atas 4 meter, gajah tak bisa melintasi perkebunan sawit tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal selama ini, jika menjelajahi wilayahnya, gajah akan memasuki perkebunan sawit. Sebab, perkebunan sawit dulunya adalah kawasan hutan yang merupakan wilayah jelajah gajah.
Kini, gajah liar juga memanfaatkan jalan yang sama dengan masyarakat. Malah kadang gajah juga melintas di jalan raya yang dilalui masyarakat. Kondisi ini jelas akan menimbulkan konflik berkepanjangan antara manusia dan gajah.
"Gajah memiliki wilayah jelajah yang cukup luas. Pergerakannya cukup luas dan bisa bertahun-tahun lamanya kembali ke titik awal. Nah, wilayah jelajah itulah yang kini sudah banyak berubah fungsi, baik perkebunan sawit, hutan tanaman industri, dan perkampungan," kata Husni.
Sebagaimana diketahui, Tukiya (50), warga desa Muara Basung, Kec Pinggir, pada Sabtu (11/11), tewas diinjak gajah. Korban saat itu sedang menyadap karet di kebun sendiri. Gajah yang mengamuk ini merupakan gajah jantan. (cha/asp)











































