Banten kala itu menjadi pusat perdagangan, geliat ekonomi masa kerajaan melaju pesat hingga Banten pernah mempunya mata uang sendiri.
Masa kejayaan itu berkisar antara 1552-1570 M. Sultan Maulana Hasanuddin menjadi raja yang membawa Banten dikenal dunia. Mulai dari kekayaan alamnya hingga sektor maritim. Pelabuhan Karangantu sempat menjadi persinggahan kapal-kapal para saudagar baik dari negeri Cina maupun Eropa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Julukan Tanah Jawara masih melekat untuk Banten. Kesenian debus dan pencak silat menjadi budaya turun temurun diwarisi sejak zaman kerajaan. Budaya kebal bacok itu kini menjadi warisan budaya tak benda yang dimiliki oleh Banten.
Demi menjaga kearifan lokal dan seni tradisional Banten. Kenadziran atau pemangku adat Banten menggelar Festival Keraton Surosowan akhir pekan lalu. Gelaran itu tak lain untuk mengingatkan sejarah leluhur bahwa di masanya Banten pernah berjaya. Baik kehidupan sosial, ekonomi, dan budayanya.
Festival tahunan itu mengundang raja-raja se-Nusantara. Mulai dari Cirebon hingga Ternate. Para sepuh kerajaan hadir dalam rangka bersilaturahmi.
Ketua Kenadziran Kesultanan Banten, Tubagus Abbas Wase mengatakan, sudah lama Banten tertidur lelap baik semangat perjuangan maupun budayanya. Melalui acara yang dibalut dengan tema-tema kebudayaan, pihak kenadziran mencoba ingin mengingatkan dan menyadarkan kembali masyakat Banten akan budaya dan kearifan lokal.
"Festival Keraton Surosowan 2017 adalah titik awal dari panjangnya sejarah kesultanan Banten. 1552-1570 sampai sekarang di 2017, sudah kita bayangkan kesultanan Banten tertidur bisa kita bayangkan giroh kesultanan Banten selama ini juga tertidur, kami kearifan lokal sebagai ketua umum lembaga pemangku adat kesultanan Banten insyaallah melalui Festival Keraton Surosowan ini kita mulai membangkitkan kultur budaya kesultanan Banten ini," katanya di saat menyampaikan pidato pembukaan Festival Keraton Surosowan 2017 di halaman Masjid Agung Banten, akhir pekan lalu.
![]() |
Keraton Surowosan dan Masjid Agung Banten serta menara Banten kadung menjadi ikon Tanah Jawara. Situs-situs sejarah di kawasan Banten Lama hingga kini masih berdiri kokoh meski hanya tersisa bangunan pondasi. Seperti di Keraton Surosowan dan Keraton Kaibon.
"Dan ini harusnya menjadi kebanggaan di masyarakat Banten. Saya tadi berbisik juga dengan sultan sepuh Banten ini menadi ikon. Kalau ada yang mencalonkan bapati kalau ada yang mencalonkan wali kota mencalonkan DPR itu pasti di belakang gambarnya ada gamar menara mesjid Banten," tuturnya.
Masyarakat Banten seakan mafhum bahwa kawasan Banten Lama adalah tempat singgahnya para raja. Daerah di ujung barat pulau Jawa itu tercatat sebagai daerah agamis sejak zaman kerajaan hingga kini.
"Artinya, sudah kita sepakati bersama itu menjadi ikon kita bersama," kata dia.
Melalui festival itu, pemangku adat kesultanan coba menghadirkan seni-budaya Banten seperti tarian pengasal kesultanan hingga tari kolosal yang menceritakan masa-masa kesultanan.
Acara tahunan meski sebatas seremonial itu diselenggarakan mulai Kamis, 9 November-Minggu, 14 November 2018. Tari kolosal Suwosowan hingga tari Gerabah Surowosan akan meramaikan acara pengingat kejayaan itu.
Selain itu, beberapa kesenian seperti Rampak Bedug dan Pagelaran Debus turut hadir menambah keseruan. Masyarakat pun dipersilakan menikmati suguhan acara yang secara khusus disediakan oleh pemangku adat kesultanan. (asp/asp)