Perlunya Melihat Lagi Sosok-sosok Pahlawan Terlupakan

Perlunya Melihat Lagi Sosok-sosok Pahlawan Terlupakan

Fajar Pratama - detikNews
Minggu, 12 Nov 2017 18:05 WIB
Foto: Diskusi mengenai pahlawan oleh gerakan Indonesia Bersuara
Jakarta - Di tahun 2017 ini, pemerintah menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada empat tokoh. Ke depannya, pemerintah diminta untuk melihat lagi sosok-sosok pahlawan yang dianggap terlupakan.

Keempat Pahlawan Nasional baru itu adalah Laksamana Malahayati dari Aceh, Zainuddin Abdul Madjid dari NTB, Mahmud Riayat Syah dari Kepri, dan pendiri HMI Lafran Pane dari Yogyakarta.

Laksamana Malahayati atau Keumalahayati merupakan laksamana wanita pertama di dunia. Dia pernah memimpin pasukan yang terdiri atas para janda perang pada abad ke-16.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, Lafran Pane, selain pendiri HMI, pernah menjadi tokoh muda perintis kemerdekaan. HMI yang dia dirikan pun telah memunculkan kader-kader yang mengisi sejumlah tempat di pemerintahan, legislatif, hingga yudikatif.

Adapun Zainuddin Abdul Madjid merupakan pendiri ormas Islam terbesar di NTB, Nahdlatul Wathan. Dia seorang ulama karismatik yang juga kakek Gubernur NTB saat ini.

Sultan Mahmud Riayat Syah adalah sosok yang konsisten melawan penjajahan. Pada 1782, dia pernah menenggelamkan kapal Belanda.

Penganugerahan gelar pahlawan nasional dilakukan tiap tahun sekali. Untuk masa-masa mendatang, pemerintah diminta untuk melihat lebih detail kiprah sosok-sosok yang dianggap dilupakan atau sengaja dihilangkan. Hal itu mengemuka dalam diskusi dengan tema Untold Story About Hero : Not Avowed or deliberately Omitted pada Sabtu (12/11/2017).

Diskusi tersebut diselenggarakan oleh Gerakan Indonesia Bersuara bersama FSH UIN Jakarta. Acara digelar di Ruang Teatre Lt. 2 FSH, Jln. Ir. H. Juanda, Ciputat, Tangerang Selatan. Dengan narasumber Chiko Hakim selaku Aktivis dan Pengusaha,
Saidiman Ahmad dari Peneliti SMRC dan Fahmi Ahmadi dari Dosen UIN Jakarta.

"Penyelenggaraan diskusi ini guna mengupas nilai-nilai kepahlawanan yang diperjuangkan para pahlawan masa lalu bagi negeri ini, relevansi nilai-nilai tersebut bagi rakyat Indonesia selaku Pahlawan jaman ini, tantangan-tantangan kekinian," kata panitia dalam pernyataan persnya.

Diskusi diawali dengan pembahasan fakta-fakta tindakan kepahlawanan yang sudah dilupakan.

"Contohnya Tan Malaka yang pada jaman Orba tidak dipublikasikan," kata pihak panitia.

Lalu diskusi dilanjutkan dengan bahasan tindakan-tindakan kepahlawanan masa kini, dari hal terkecil yaitu lingkungan. Untuk konteks sosial kebangsaan adalah seperti apa kita menjaga Kebhinekaan dari ancaman-ancaman terhadap keutuhan NKRI.

Konteks pendidikan adalah bagaimana pendidikan dasar menjadi modal awal dalam menanamkan nilai-nilai kepahlawanan di jiwa individu. Sedangkan konteks politik adalah bagaimana partisipasi generasi kini dalam pemilihan, mengawal kekuasaan, dan lain sebagainya.

"Tantangan-tantangan kekinian yang dihadapi pahlawan generasi ini tentang ideologi, pragmatisme yang cenderung apatis, ketimpangan sosial si kaya dan si miskin, tantangan diskriminasi etnis atau agama tertentu," ujar pihak panitia. (fjp/fjp)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads