"Pernah gagal mengikuti seleksi Akpol satu kali, gagal masuk seleksi Bintara AU satu kali, yang ketiganya masuk TNI," tutur Daniel saat berbincang di Mako Paspampres, Jl Tanah Abang 2, Jakarta Pusat, Sabtu (11/11/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daniel bisa dibilang sosok yang pantang menyerah. Setelah masuk TNI, dia juga mengikuti seleksi masuk Pasukan Pengamanan Presiden.
Daniel kemudian mengikuti pendidikan dasar Tamtama di Pangalengan. Sesudah itu, dia masuk ke Polisi Militer dan mengikuti pendidikannya di Cimahi, Jawa Barat.
Dia kemudian mendapat penempatan di Batalyon Pengawalan Protokoler Negara (Yonwalprotneg) Paspampres selama hampir 3 tahun. Daniel bertugas menjadi pembuka mimbar selama penempatan di Yonwalprotneg.
Sesudah itu dia mengikuti tes untuk masuk Grup A Paspampres. Grup A bertugas untuk menjadi pengawal Presiden RI.
"Kalau capek sih ada, tapi kita semangat. Itu kalau semangat kan capek itu ilang," ungkap Daniel saat bercerita kesan menjadi pengawal Presiden Jokowi.
Grup A terdiri dari 4 detasemen. Mereka bertugas secara bergantian.
"Kalau Detasemen 1 dinas, misalkan, Detasemen 2 pembinaan. Lalu, Detasemen 3 dan 4 'on call'," papar Daniel.
![]() |
Grup A berdinas selama 2 pekan, setelah itu 1 pekan pembinaan, dan 1 pekan lagi bertugas 'on call' alias sesuai panggilan dalam satu bulannya. Meski jarang berlibur, tetapi ada kebanggaan tersendiri bagi Daniel ketika bisa menjadi pengawal Jokowi.
"Saya sangat bangga bisa jadi perisai hidup presiden kan. Jarang loh prajurit jadi anggota Paspampres. Kalau yang kurang berkesan nggak ada sih kalau menurut saya, semuanya berkesan, banggalah intinya bisa mengawal pribadi presiden, saya sangat bangga," ungkap Daniel. (bag/nkn)