Kenang Jasa Pahlawan, Desi Simpan Lokomotif Penjajah di Rumahnya

Kenang Jasa Pahlawan, Desi Simpan Lokomotif Penjajah di Rumahnya

Chaidir Anwar Tanjung - detikNews
Jumat, 10 Nov 2017 10:12 WIB
Pekanbaru - Warga Pekanbaru, Ibu Desi (51) menyimpan sejarah penting yang nyaris tak diperhatikan Pemprov Riau. Di bagian dapur rumahnya, sampai kini masih teronggok lokomotif sisa zaman penjajahan.

Tak semua orang tahu bila dulunya Riau memiliki jaringan kereta api yang menghubungkan Pekanbaru, dengan melintasi Kabupaten Kampar, ke Kuansing hingga ke Sumatera Barat (Sumbar). Bukti sejarah, bahwa di Pekanbaru pernah memiliki jaringan kereta api itu, masih tersimpan di rumah Desi.

Rumah ibu satu orang anak ini, berada RT 02, RW 01, di Jl Tanjung Karang, Kel Pesisir, Kec Lima Puluh Kota, Pekanbaru. Kawasan rumah ini berdekatan dengan Pelabuhan Pelita Pantai, Pekanbaru. Jejeran rumah ibu Desi ini dengan rumah tetangganya hanya berbatas dinding. Kawasan ini sudah padat penduduk yang juga dikenal salah satu kota tua di Pekanbaru.
Ibu Desi Simpan Lokomotif Sisa Penjajahan di Rumahnya

Sekilas, tak tampak apapun soal sejarah adanya kereta api di kawasan itu. Dan banyak warga tak tahu, jika di dapur rumah Desi masih tersimpan lokomotif bukti sejarah kelam akan penjajahan dari Belanda hingga ke Jepang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di rumah berlantai dua itu, bagian lokomotif sisa penjajahan ini menjorok ke dalam bagian dapurnya. Detikcom, yang mampir ke rumah tersebut, terlihat bagian lokomotif memanjang sekitar 1 meter dan tinggi sekitar 1 meter. Besi tua itu tampak dicat coklat tua. Tidak tahu pasti, bagian apanya yang terisa di rumah itu.
Ibu Desi Simpan Lokomotif Sisa Penjajahan di Rumahnya

Benda berbentuk petak bagian atasnya setengah lingkaran bentuknya bak kepala kereta api itu masih memiliki sasis yang panjangnya sekitar 4 m. Besi tebal dan memanjang itu masih ada roda besi yang sebagian tertimbun tanah.

Bagian sasis ini berada di belakang rumah warga yang kumuh, sedangkan bagian depannya menjorok ke dapur rumah desi.

Menurut Desi, rumah yang dia tempati adalah rumah orang tuanya. Desi sejak lahir hingga sekarang menempati rumah tersebut.

"Masa saya kecil, kawasan rumah kami ini ada rel kereta api yang memanjang hingga ke pelabuhan Pelita Pantai," cerita Desi.
Ibu Desi Simpan Lokomotif Sisa Penjajahan di Rumahnya

Posisi lokomotif yang kini berada dalam dapur rumahnya, dulunya pososi di belakang. Hanya karena menambah bagian dapur, sehingga bagian lokomotif akhirnya masuk ke dalam.

Tapi kata Desi, alhamarhum orang tuanya sejak tahun 1960 juga sudah menempati rumah tersebut. Cerita orang tuanya, bahwa lokomotif itu adalah benda sejarah masa penjajan Belanda hingga ke Jepang.

"Dulu ayah saya sering didatangi orang agar lokomotif itu dijual saja. Tapi ayah saya marah, dia tak mau menjual benda itu," kenang Desi.

Dari ayahanya, Bahar yang meninggal tahun 1994 silam, Desi tetap menjadi pewaris dari lokomotif yang teronggok di rumahnya itu.

"Bapak saya dulu bilang, ini benda sejarah yang telah banyak menelan jiwa dalam membangun kereta api di Riau. Dari zaman Belanda sampai Jepang, rakyat menjadi korban oleh penjajah," kata Desi sembari berlinang air mata.

Dalam perbincangan dengan detikcom, Desi beberapa kali meneteskan air mata. Dia merasa sedih, karena banyaknya bangsa Indonesia yang tewas dalam membangun jaringan kereta api tersebut. Cerita itu tentunya disampikan orang tuanya ketika masih bersamanya.

"Ini benda bersejarah, tapi kok dibiarkan terus di rumah saya. Lama kelamaan besi lokomotif ini bisa lapuk termakan usia. Padahal ini bukti sejarah kita," kata Desi yang lagi-lagi menyapu air matanya.

Desi berharap, pemerintah bisa menyelamatkan lokomotif ini untuk diangkat dari rumahnya. Sebab, bila tidak dirawat, lokomotif ini akan hilang. Keluarganya sejak dulu bukan tak ada yang menawar benda sejarah itu. Tapi dia selalu menolaknya. Desi hanya akan mengizinkan benda ini diangkat dari rumahnya dan diselamatkan oleh pemerintah.

"Sejak orang tua saya, sudah banyak yang menawarnya. Sampai ke saya pun, sudah banyak yang menyarankan dijual saja besi-besi tua itu. Saya tak mau, ini sejarah bukti sejarah kita yang harus diselamatkan," kata Desi.

Menurut Desi, di kawasan rumah dulu juga masih ada gerbong kereta api. Masa kecilnya, dia sempat bermain di dalam gerbong kereta itu. Tidak tahu pasti bagaimana ceritanya, gerbong kereta yang dulunya berjarak sekitar 20 meter dari rumahanya kini sudah tidak ada lagi. Konon, di era tahun 1980-an, gerbong kereta itu dijuali menjadi besi itu.

"Itu yang tak saya mau. Lokomotif yang ada di rumah saya ini, harus diselamatkan. Saya sering bertanya dalam hati, kapan pemerintah mengambil lokomotif ini dari rumah saya, agar bisa dirawat lebih baik lagi untuk bukti sejarah sama generasi kita nanti. Kalau dibiarkan, lama-lama lokomotif ini termakan karat," kata Desi.

Desi menyebutkan, bagian lokomotif yang menjorok di rumahnya terpaksa dia semen. Itupun karena selama ini jadi kubungan air bila hujan. Desi melihat bagian bawah lokomotif ini sudah termakan karat.

Bagi yang cinta sejarah, kata Desi, rumahnya sering didatangi para komunitas itu. Mereka melihat bukti sejarah perkeretapian di Riau.

"Rumah saya ini sering didatangi mereka yang cinta akan sejarah. Mereka masuk rumah untuk melihat sisa lokomotif itu," kata Desi. (cha/asp)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads