Para peserta kontes berasal dari berbagai daerah di Sumatera dan Jawa, seperti Lampung serta Garut, Jawa Barat. Dalam gelaran itu, para peserta tidak akan mendapatkan hadiah berupa uang tunai, hanya sertifikat dan piala.
Panitia beralasan ditiadakannya hadiah itu untuk menghindari anggapan berjudi. Meski demikian, panitia menyediakan doorprize bagi seluruh peserta lomba.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski tidak hanya mendapatkan sertifikat dan piala, jika peserta kontes masuk 3 besar juara, bisa dipastikan ayam tersebut punya nilai jual yang tinggi. Semakin banyak sang ayam mendapatkan sertifikat dari setiap kontes, semakin tinggi pula harga jualnya.
"Seandainya ayam ini mendapat peringkat 3 besar, itu harga jualnya itu lebih tinggi, bisa sampai anakannya, ayam itu sendiri juga tinggi harganya," kata dia.
Dalam kontes ayam pelung yang digelar oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten itu, ada beberapa kriteria penilaian yang dinilai oleh juri. Di antaranya penampilan dan bobot ayam. Namun yang punya nilai tinggi adalah suaranya.
"Ada lima kriteria termasuk penampilan dan bobot. Tapi yang paling penting adalah suaranya," tuturnya.
Dalam gelaran yang dilaksanakan pada 8-9 November, jumlah peserta sekitar 200 orang. Jumlah tersebut dinilai cukup tinggi mengingat kontes ayam pelung dilakukan pada hari kerja.
"Ini pesertanya dari Jawa dan Sumatera. Kalau untuk hari libur di atas 200 ya, berhubung ini pesta patok digelar hari biasa, jadi yang kerja itu nggak bisa. Jadi mungkin separuhnya, 150-200 peserta," tutupnya. (asp/asp)