Menurut Wakil Dekan I Fakultas Syariah IAIN Purwokerto, Ridwan, tidak ada dokumen tertulis tentang sejarah Bonokeling dari sisi yang sangat detail. Sehingga tidak ada dokumen tertulis yang menyebut bahwa tokoh spiritual mereka yaitu Ki Bonokeling.
Menurut penghayat Bonokeling, Ki Bonokeling berasal dari Pasir Luhur, bagian dari keluarga kerajaan Padjajaran yang membuka areal pemungkiman dan menyebarkan Islam di tatar Banyumas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
|  | 
Ridwa menyatakan, jika dilihat dari sisi agama, maka kaum adat Bonokeling bukanlah beragama Islam. Mereka adalah Penghayat Kepercayaan, yang berkelompok mempunyai jaringan sangat besar di Kabupaten Cilacap dan Banyumas. Bahkan hingga ribuan orang yang disebut Anak Putu Bonokeling.
"Mereka lebih kepada kepercayaan. Pernah ada salah satu 'Bedogol', (tetua adat) yang mengatakan 'Kulo sanes Hindu, sanes Budha, Kulo ya Islam, tapi Islam nya beda," ujar Ridwan yang pernah melakukan penelitian terkait Kaum Adat Bonokeling.
Ancaman keutuhan kekuatan adat hanya ada dua yakni urbanisasi dan pendidikan.
"Kesimpulan saya, kalau mereka tetep di situ, kecil kemungkinan bubar. Tapi kalau mereka keluar kota, pulangnya ada kemungkinan perubahan atau mereka sekolah tinggi besar kemungkinan akan bisa lepas (pengaruh adat istiadat)," ucap Ridwan.
|  | 
Dia menjelaskan, jika bagaimana memandang Kaum Adat Bonokeling sebagai bagian dari adat istiadat yang tetap memagang teguh keyakinannya sediri. Semua dapat dilihat dari persfektif sendiri sendiri. Jika dilihat dari pandangan budaya merupakan sebuah kekayaan, namun jika dilihat dari segi agama merupakan Penghayatan Keyakinan.
"Memang tergantung perfektifnya, kalau di budaya ya jadi kekayaan, kalau dari sisi teologis Islam ya tentu bukan Islam," tuturnya. (arb/asp)








































.webp)













 
             
  
  
  
  
  
  
 