Dalam pernikahan tradisi Jawa, rangkaian acara akan dimulai sejak sehari sebelum puncak acara berupa tata cara panggih atau dipertemukannya kedua mempelai pada Rabu (8/11/2017) besok. Sedangkan sebagai pembuka rangkaian acara adalah memasang bleketepe pada Selasa pagi, sebagai simbolisasi bahwa si empunya kerja mulai mempersiapkan tempat untuk menerima kehadiran pihak besan dan para tamu undangan.
Bleketepe adalah anyaman dari daun kelapa. Di masa lalu bleketepe difungsikan sebagai atap dari tempat terbuka di depan rumah yang dipersiapkan untuk menerima tamu dalam acara pernikahan. Hal itu diandaikan bahwa rumah utama tidak lagi mampu memuat rombongan besan dan para tamu undangan sehingga perlu dipersiapkan tempat di sekitar rumah untuk menampung dan menjamunya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jokowi saat melakukan bleketepe di pernikahan Gibran-Selvi pada 2015 lalu. Foto: Agung Pambudhy |
Selain memasang bleketepe, Jokowi sebagai tuan rumah juga akan menghias tempat sekitarnya dengan memasang tuwuhan, yaitu sejumlah tumbuhan terpilih yang secara lahiriah berfungsi sebagai pemanis dan penyejuk pandangan. Sedangkan secara maknawi, tuwuhan memuat sejumlah simbol-simbol pengharapan, doa dan pelajaran bagi tuan rumah maupun calon mempelai.
Jokowi saat melakukan bleketepe di pernikahan Gibran-Selvi pada 2015 lalu. Foto: Agung Pambudhy |
Informasi yang diterima detikcom dari sumber di internal keluarga, menyebutkan bahwa acara itu akan dimulai pukul 07.30 WIB di Kediaman di Jalan Kutai Utara, Kelurahan Sumber, Banjarsari, Solo. Acara dimulai dengan persiapan berbusana, pengajian, disusul pemasangan bleketepe, memasang tuwuhan dilanjutkan dengan cethik geni (menyalakan api dapur) dan adang kapisan (masak pertama). Inilah penanda bahwa persiapan perhelatan mantu telah dimulai.
"Jadi Ibu (Iriana) menanak nasi, Bapak (Jokowi) menyalakan api atau cethik geni. Maknanya orang tua menanggung beban bersama," kata Ketua Panitia Pernikahan Kahiyang-Bobby, Gibran Rakabuming Raka, kepada wartawan pada Rabu (27/9) lalu.
Setelah pembuka rangkaian acara tersebut, Jokowi dan istri akan melakukan acara siraman yaitu memandikan calon mempelai perempuan untuk terakhir kalinya sebelum dilepas menjalani kehidupan perempuan dewasa untuk berumah tangga. Dalam siraman ini selain ayah dan ibudanya, Kahiyang juga akan dimandikan secara simbolis oleh para sesepuh keluarga maupun tokoh yang diundang.
Setelah acara adang sepisan dan siraman, kemudian dilakukan acara sadeyan dhawet atau berjualan dawet. Dalam prosesi itu, Jokowi bersama istrinya, Iriana, berperan menjadi penjual dawet dan membagikannya kepada para tamu. Iriana yang menggendong bakul berisi dawet, Jokowi yang akan memayunginya, sembari keduanya menawarkan dagangannya itu.
Jokowi saat melakukan bleketepe di pernikahan Gibran-Selvi pada 2015 lalu. Foto: Agung Pambudhy |
"Maknanya, dawet kan manis, biar calon pengantin rumah tangganya merasakan kemanisan, keharmonisan. Lalu cendolnya kan bergerombol (berkumpul), biar tamunya ramai dan banyak yang memberi dukungan," demikian makna sadeyan dhawet menurut Gibran yang disampaikannya kepada wartawan, Rabu (27/9) lalu.
Pembelinya adalah para tamu yang hadir dalam acara siraman. Penukarnya bukan uang, namun kreweng atau pecahan tembikar. Maknanya agar empunya kerja maupun calon mempelai senantiasa selalu berhati-hati dan rendah hati sebagai makhluk Tuhan yang diciptakan dari sari pati tanah.
Akhir dari seluruh rangkaian acara Selasa pagi ini adalah dulangan yaitu kedua orangtua memberikan suapan makanan kepada calon mempelai putri. Sesi dulangan ini adalah simbolisasi sebagai suapan terakhir orangtua kepada anak perempuannya itu sebelum berpisah dari rengkuhan karena selanjutnya harus hidup mandiri bersama suami yang telah meminangnya.
Ikuti perkembangan liputan Jokowi Mantu, klik di sini (mbr/nkn)












































Jokowi saat melakukan bleketepe di pernikahan Gibran-Selvi pada 2015 lalu. Foto: Agung Pambudhy
Jokowi saat melakukan bleketepe di pernikahan Gibran-Selvi pada 2015 lalu. Foto: Agung Pambudhy
Jokowi saat melakukan bleketepe di pernikahan Gibran-Selvi pada 2015 lalu. Foto: Agung Pambudhy