Partai Demokrat (PD) sudah final mengusung Mensos Khofifah Indar Parawansa sebagai calon gubernur Jatim. Tapi Ketua DPD PD Jatim Soekarwo seolah masih galau.
Sempat berembus isu santer keputusan DPP PD itu membuat hubungan Soekarwo atau Pakde Karwo dengan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) pecah kongsi. Namun nyatanya isu itu palsu. Gubernur Jatim incumbent itu malah mendorong Gus Ipul terus memajukan Jatim, sebuah sinyal dukungan politik yang jelas terlihat.
"Saya pesan khusus kepada Gus Ipul, untuk memajukan Jawa Timur," kata Gubernur Jatim Soekarwo disela acara Majelis Dzikir Al Khidmah, di komplek Tugu Pahlawan, Surabaya, Minggu (5/11/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pembangunan berbasis spritual menjadikan provinsi ini menjadi baldatun thoyyibatun warobbun ghafur, provinsi yang subur, makmur, adil dan aman," jelasnya.
Gayung bersambut, Gus Ipul pun langsung menyatakan siap meneruskan amanat yang telah diberikan Pakde Karwo. Termasuk membangun Jawa Timur dengan modal DUIT (Doa, Usaha, Ilmu dan Tawakal)."Amanah yang diberikan Pakde Karwo kepada saya untuk terus menyelenggarakan majelis dzikir ini setiap tahunnya, karena sesuai dengan apa yang saya sampaikan tadi yakni DUIT-Doa, usaha, ilmu dan tawakal," kata Gus Ipul.
Dari petikan dukung-mendukung itu jelas sekali sikap politik Pakde Karwo yang sangat memberi angin ke Gus Ipul. Hal ini sangat wajar, karena sebelumnya para kyai sepuh juga telah mengingatkan Soekarwo untuk memegang janjinya, mendukung Gus Ipul.
Kini setelah PD menegaskan sikap bakal mengusung Khofifah di Pilgub Jatim, Pakde Karwo pun dirundung kegalauan. Suka atau tidak suka PD sudah memutuskan mendukung Khofifah, lantas akankah Pakde Karwo mendukung penuh Khofifah di Pilgub Jatim?
Nyatanya Pakde Karwo blak-blakan mengungkapkan isi hatinya yang terlanjur tidak bisa melupakan Gus Ipul begitu saja. Pakde Karwo terkesan 'menego' pilihan partainya. Ia memilih tidak akan menjadi juru kampanye (jurkam) pemenangan untuk siapapun di Pilgub Jatim 2018. Lha aneh kan?
Menurutnya, keputusan tidak menjadi jurkam sebagai bentuk sikap tenggang rasa kepada Gus Ipul yang sudah dianggapnya sahabat sekaligus Wakil Gubernur Jatim 2 periode. Dan lagi-lagi dia membisikkan dukungan doa untuk Gus Ipul yang sudah setiap dua periode mendampinginya jadi Wagub Jatim.
Lantas bagaimana dengan arahan partai mendukung Khofifah di Pilgub Jatim? Soal ini pun ia menjawab dengan kata-kata bersayap. "Sebagai kader partai ya silahkan partai jalan tapi saya tidak akan jalan (kampanye)," ungkap dia," kata Pakde Karwo.
Menariknya, meski menolak jadi jurkam Khofifah, namun Pakde Karwo tetap mensyaratkan Khofifah duet dengan perwakilan PD. Alasannya jumlah kursi yang dimiliki PD merupakan terbanyak dibanding partai lain di koalisi. Pakde Karwo juga mendorong bacawagub nantinya berasal dari Mataraman.
Meski begitu, Khofifah memasrahkan calon pasangannya kepada para kyai dan bu nyai yang tergabung Tim 17. Menurut Khofifah, pemilihan pasangannya tetap sesuai proses yang sedang berjalan. Saat ini pihaknya telah mengantongi hasil survei terhadap 10 calon pendampingnya nanti. Setelah melaporkan hasil survei ke para kiai pendukungnya, Khofifah baru akan membawa nama calon pasangannya untuk musyawarah dengan partai-partai pengusung.
Lalu apa sebenarnya mau Pakde Karwo?
Melihat dinamika survei jelang Pilgub Jatim, memang Gus Ipul masih di posisi teratas. Mungkin karena itu, Pakde Karwo seolah memainkan strategi yang matang. Sati sisi Khofifah diusung PD, sisi yang lain memberikan dukungan ke Gus Ipul yang tak lain juga sahabatnya.
Ibarat main catur, Pakde Karwo harus lihai memainkan bidaknya. Hubungan baik dengan Gus Ipul tetap terjaga, juga PD mendapatkan jatah pasangan Khofifah. Manuver Pakde Karwo ini menarik disimak, tapi apakah tidak kontraproduktif dengan misi PD memenangkan Khofifah di Pilgub Jatim? (ugik/van)











































