Dari Technische Universiteit Delft
Anak Ungaran Raih 'Doktor Aluminium'
Senin, 30 Mei 2005 22:49 WIB
Delft - Hasil riset Suyitno dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas industri aluminium. Ia kini menjadi rebutan untuk riset bersama, antara raksasa industri logam Corus Belanda dan Alcan Kanada.Suyitno, dosen pada Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, resmi meraih gelar doktor setelah berhasil mempertahankan tesisnya berjudul Hot Tearing and Deformation in Direct-Chill Casting of Aluminium Aloys, di Aula TU Delft, Mekelweg 5 Delft, hari ini Senin 30/5/2005.Dalam risetnya, Suyitno berhasil menemukan penyebab cacat pada proses produksi material aluminium yang dikenal dengan nama hot cracking (retak panas) dan microporosity (porositas mikro). Cacat ini timbul karena perubahan parameter proses produksi. Akibatnya performa material berkurang dan tidak akan mungkin bisa dipakai.Putera pasangan Ngadiman dan Sri Marini (almarhumah), pengrajin tempe di Pasar Karangjati, Ungaran, Semarang, itu lantas merumuskan teori tentang mekanisme terbentuknya cacat itu berdasarkan fakta-fakta dari pengujian kekuatan bahan dan analisis permukaan cacat. Kemudian ia menetapkan metode prediksi munculnya cacat tersebut. Menurut Suyitno, dengan kemampuan memprediksi munculnya cacat ini, produksi dapat dioptimalkan tanpa munculnya cacat dalam hasil produk. "Hal ini sangat bermanfaat sekali bagi industri aluminium terutama untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas produksinya," kata Suyitno.Industri aluminium dimaksud cakupannya luas, mulai dari produk berteknologi tinggi seperti komponen struktur pesawat terbang, body mobil, komponen otomotif (blok mesin, piston dll), hingga kontruksi perumahan, kusen, peralatan rumah tangga, dan kerajinan seni. Material aluminium ini, kata Suyitno, memang memiliki banyak kelebihan dibanding material lain. Selain ringan, memiliki konduktivitas panas dan listrik yang tinggi, juga tahan terhadap korosi. "Makanya wajar, kalau kemudian aplikasi dari aluminium sangat luas," ujar ayah dua anak ini.Selama empat tahun riset, Suyitno telah merilis sebelas publikasi dalam bentuk presentasi pada konferensi internasional di New Orleans, San Diego, Charlotte (AS), Brisbane, Melbourne (Australia), Cambridge Inggris), Berlin, Neu-Ulm (Jerman) dan Delft (Belanda). Bahkan publikasi ilmiahnya dimuat dalam jurnal internasional, antara lain di Progress in Materials Science, sebuah jurnal terkemuka yang memuat review perkembangan riset bidang ilmu material. Riset bidang pilihan Suyitno itu merupakan kerjasama antara TU Delft, Netherlands Institute for Metals Research (NIMR) dan Corus, sebuah mega industri logam terbesar di Belanda. Sebagai industri logam, kata Suyitno, Corus sangat membutuhkan hasil riset ini. Setelah riset doktoral, Suyitno mendapat tawaran dari profesornya untuk mengaplikasikan riset doktoralnya tersebut di bidang pengecoran aluminium untuk mengeliminasi cacat pada produksi komponen pesawat terbang yang diproduksi industri kecil dan menengah Belanda binaan National Luchvaart en Ruimtervaart/NLR (lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional). Proyek ini merupakan kerjasama NLR dengan NIMR.Selain itu ia juga telah diterima menjadi peneliti posdoktoral di University of British Columbia, Vancouver, Canada untuk riset proyek bersama ALCAN (Aluminium Canada), sebuah industri aluminium raksasa. Namun sayang pihak UGM tidak mengizinkan, sehingga peluang untuk menyerap ilmu dan teknologi ala era Restorasi Meiji itu melayang. Yitno muda terpaksa harus pulang.
(es/)