Djayadi menuturkan, saat ini penantang terkuat Jokowi ialah Ketum Gerindra Prabowo Subianto. Sosok cawapres pun menjadi diskusi cukup hangat karena diharapkan dapat menggenjot perolehan suara capres.
"Perhatian orang lebih ke Jokowi. Untuk saat ini, memang kalau kita lihat dari semua nama-nama yang muncul, perkiraan tetang nama calon wapres itu masih sangat cair saat ini," Kata Djayadi di Gedung PSI, Sabtu (4/11/2017)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah, syaratnya kalau kinerja tingkat kepuasan sangat tinggi di atas 70 persen, kemudian keadaan ekonomi sangat baik, lalu evaluasi masyarakat terhadap program-program dan kebijakan pemerintah sangat baik gitu. Kalau syarat itu terpenuhi, maka akan jadi kandidat yang populer dan mungkin juga dominan," kata Djayadi
"Karena itu tidak masalah karena fokusnya memang lebih ke SBY saat itu. Kalau situasi itu terjadi, maka ya terserah Pak Jokowi siapa yang akan dia pilih. Bisa saja dia memproyeksikan anak muda seperti Agus Yudhoyono atau mungkin orang lain yang akan dia pilih." sebut Djayadi.
Jika keadaan di atas bertolak 180 derajat, Jokowi diprediksi Djayadi tidak leluasa memilih cawapresnya sehingga mempertimbangkan orang yang bisa menutupi kelemahannya. Misalnya, Jokowi dapat menggandeng sosok militer dengan pertimbangan tambahan seperti Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
"Nah misalnya sekarang ini yang sering kali dianggap cocok dengan representasi umat, (Panglima TNI Jenderal) Gatot Nurmantyo. Nah, itu dapat dua-dua itu, orang yang dianggap dekat dengan umat sekaligus dari militer. Cocok, kan?" tutur dia. (gbr/rvk)











































