Bangunan sekolah yang dikelola Yayasan Al Khairat tidak seperti sekolah lainnya yang memiliki banyak ruang kelas. Dengan dana seadanya, rumah kayu milik warga disulap menjadi ruang kelas untuk digunakan seluruh siswa.
Ketua Yayasan Al Khairat, Taufik Akbar yang dihubungi detikcom, Rabu (1/11/2017), menyebutkan sekolah ini dibangun untuk membantu anak-anak petani yang belum tersentuh pendidikan tanpa dipungut biaya. Keterbatasan itu akibat keterbatasan akses jalan dan jarak ke kampung Paniki yang berada di kawasan lembah dan hutan lindung di Sinjai Borong.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Taufik menyebutkan, dengan jumlah siswa 30 orang, SD Al Khairat hanya memiliki seorang guru yang mengabdikan diri. Selain itu, sekolah ini hanya memiliki beberapa buku cetak bahan ajar saja.
Para siswa hanya duduk bersila melantai, dengan meja tulis berbahan tripleks. Atapnya yang bocor seringkali menghambat proses belajar saat terjadi hujan.
"Karena keterbatasan akses jalan dan kondisi perekonomian orang tua siswa yang umumnya bertani, para siswa biasanya hanya belajar selama 3 hari setiap minggunya," tambah Taufik.
![]() |
Taufik berharap, ada guru sukarela yang mau mengajar anak-anak kampung Paniki. Selain itu, Taufik juga berharap ada dermawan yang mau menyumbangkan buku-buku pelajaran sekolah untuk digunakan siswa SD Al Khairat.
Taufik menyebutkan, SD Al Khairat di Paniki ini dibangun sejak tahun 2008 dengan anggaran ala kadarnya. Meski yayasan terdaftar di kantor Departemen Agama, yayasan Al Khairat tidak mendapat bantuan untuk pembangunan gedung kelas.
![]() |
Puluhan alumni SD Al Khairat telah melanjutkan ke jenjang berikutnya, di SMP yang lokasinya jauh dari kampung Paniki.
"Untuk lanjut SMP, siswa di sini harus pindah ke kampung yang ada sekolah SMP-nya," pungkas Taufik. (mna/asp)














































