Mirisnya SD di Sinjai, Kelas di Gubuk Kayu yang Atapnya Bocor

Mirisnya SD di Sinjai, Kelas di Gubuk Kayu yang Atapnya Bocor

Muhammad Nur Abdurrahman - detikNews
Rabu, 01 Nov 2017 10:10 WIB
Mirisnya SD di Sinjai, Kelas di Gubuk Kayu yang Atapnya Bocor
Sekolah di Sinjai yang memprihatinkan (amang/detikcom)
Makassar - Meski harus belajar di dalam gubuk, tidak menyurutkan semangat 30 siswa SD Alkhairat di Dusun Paniki, Desa Bonto Katute, Kec. Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan belajar. Mereka belajar dalam keterbatasan.

Bangunan sekolah yang dikelola Yayasan Al Khairat tidak seperti sekolah lainnya yang memiliki banyak ruang kelas. Dengan dana seadanya, rumah kayu milik warga disulap menjadi ruang kelas untuk digunakan seluruh siswa.

Ketua Yayasan Al Khairat, Taufik Akbar yang dihubungi detikcom, Rabu (1/11/2017), menyebutkan sekolah ini dibangun untuk membantu anak-anak petani yang belum tersentuh pendidikan tanpa dipungut biaya. Keterbatasan itu akibat keterbatasan akses jalan dan jarak ke kampung Paniki yang berada di kawasan lembah dan hutan lindung di Sinjai Borong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk sampai ke sekolah ini kita harus berjalan kaki sekitar 3 km atau lebih 1 jam ditempuh dari desa terakhir yang bisa dilalui kendaraan, harus jalan kaki lewat hutan," ujar Taufik.
Mirisnya SD di Sinjai, Kelas di Gubuk Kayu yang Atapnya Bocor

Taufik menyebutkan, dengan jumlah siswa 30 orang, SD Al Khairat hanya memiliki seorang guru yang mengabdikan diri. Selain itu, sekolah ini hanya memiliki beberapa buku cetak bahan ajar saja.

Para siswa hanya duduk bersila melantai, dengan meja tulis berbahan tripleks. Atapnya yang bocor seringkali menghambat proses belajar saat terjadi hujan.

"Karena keterbatasan akses jalan dan kondisi perekonomian orang tua siswa yang umumnya bertani, para siswa biasanya hanya belajar selama 3 hari setiap minggunya," tambah Taufik.
Mirisnya SD di Sinjai, Kelas di Gubuk Kayu yang Atapnya Bocor

Taufik berharap, ada guru sukarela yang mau mengajar anak-anak kampung Paniki. Selain itu, Taufik juga berharap ada dermawan yang mau menyumbangkan buku-buku pelajaran sekolah untuk digunakan siswa SD Al Khairat.

Taufik menyebutkan, SD Al Khairat di Paniki ini dibangun sejak tahun 2008 dengan anggaran ala kadarnya. Meski yayasan terdaftar di kantor Departemen Agama, yayasan Al Khairat tidak mendapat bantuan untuk pembangunan gedung kelas.
Mirisnya SD di Sinjai, Kelas di Gubuk Kayu yang Atapnya Bocor

Puluhan alumni SD Al Khairat telah melanjutkan ke jenjang berikutnya, di SMP yang lokasinya jauh dari kampung Paniki.

"Untuk lanjut SMP, siswa di sini harus pindah ke kampung yang ada sekolah SMP-nya," pungkas Taufik. (mna/asp)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads