"Memang saat ini bisnis online telah telah menjamur di Indonesia, tapi saya akui itu belum berpengaruh untuk di Palembang. Alasan utamanya, mal di Palembang itu tidak terlalu banyak seperti di Jabodetabek. Jadi kalau secara global peralihan dari belanja offline ke online itu belum berpengaruh," kata Marketing Communication Manager Palembang Square, Irwan Agust Setiawan saat ditemui detikcom, Senin (30/10/2017).
Dalam pembukuan pihak pengelola mal sejak 3 tahun terakhir pun, daya beli masyarakat masih standard karena pihak mal selalu membuat program untuk menarik minat masyarakat. Khusus Palembang Square Mal, lebih banyak dikunjungi masyarakat dari luar daerah kota Palembang, terutama saat weekend dan hari libur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masih menurut Irawan, sejak dibuka pada Agustus 2004 lalu, Palembang Square saat ini tercatat ada 235 kios. Dalam usia 13 tahun, saat ini pengelola terus melakukan inovasi dengan mengganti fasilitas pendukung seperti eskalator, interior dan dan pintu masuk utama untuk meningkatkan pelayanan.
Di samping program-program yang dilaksanakan sebagai bentuk promosi secara rutin, pihaknya juga melakukan promosi produk melalui media sosial. Menurutnya, media sosial lebih efisien untuk target promosi ketimbang brosur dan pamflet.
"Kalau saat ini, dari data kami belum ada kios yang beralih dari offline ke online dan saya rasa begitu juga dengan mal-mal lain di kota Palembang. Kalaupun ada itu hanya melakukan promosi saja, tapi untuk transaksi tetap di kios yang berada disini," tutupnya.
Dari pantauan detikcom, saat ini di Palembang ada sekitar 10 mal sebagai pusat perbelanjaan di Sumsel. Terakhir yang baru diresmikan adalah Transmart yang berada di Jalan A Rivai Palembang. (asp/asp)








































.webp)













 
             
  
  
  
  
  
  
 