Bom di Poso Akibat Buruknya Penyelesaian Konflik
Minggu, 29 Mei 2005 08:20 WIB
Jakarta - Bom yang meledak di Pasar Tentena, Poso mengindikasikan pemerintah Indonesia belum memiliki metode penyelesaian konflik secara menyeluruh. Selama ini, pemerintah lebih percaya bahwa konflik akan berakhir dengan sendirinya."Penyelesaian konflik tidak dilakukan sampai akar permasalahannya. Pola umum yang dilakukan pemerintah hanya dengan menyeret pelaku konflik ke Pengadilan atau hanya berupa deklarasi," kata Kriminolog UI Adrianus Meliala ketika dihubungi detikcom, Sabtu (29/5/2005).Seperti diketahui, dua bom meledak dalam tempo yang berdekatan pada Sabtu (28/5/2005). Pukul 08.15 Wita, bom pertama meledak di Pasar Tentena, Poso. Lalu, pukul 09.20 Wita, satu bom lagi meledak di Pasar Sentral Poso. Peledakan bom ini juga merupakan bentuk kelengahan pemerintah Indonesia dalam menjaga keamanan di Poso. Hal ini, menurutnya, disebabkan oleh pemusatan pengamanan di Aceh. Akibatnya, pengamanan di Poso dan Ambon menjadi berkurang. Dengan peristiwa ini, maka makin menegaskan bahwa Poso masih dalam kondisi rentan konflik. Hal ini harus disigapi oleh pemerintah dengan mengirimkan bantuan pengamanan yang cukup.Selain itu, lanjut dia, ada pihak yang menginginkan konflik terus berlanjut agar mendapatkan keuntungan materi. Konflik yang berlarut-larut di Poso telah melahirkan kelompok baru yang merasa nyaman dengan adanya konflik. "Dengan adanya konflik, kelompok itu mendapatkan pekerjaan dan status," jelas pria berkacamata ini. Menurut Meilala, ada pihak luar yang berkepentingan terhadap peristiwa ini. Namun, dia belum dapat menduga siapa pihak tersebut. Apalagi, semua tempat di Poso seperti kantor polisi, rumah ibadah, dan tempat umum lainnya pernah mendapat serangan bom. "Ada kemungkinan, pihak luar tersebut diindikasikan berasal dari kepentingan bisnis dan keterlibatan militer. Mereka yang paling mendapatkan keuntungan dari hal tersebut," tukasnya.
(atq/)