Acara AYIC yang dibuka oleh Wakil Menteri Luar Negeri Abdurrahman Mohammad Fachir itu digelar di Unipdu yang merupakan bagian dari Pondok Pesantren Darul Ulum. Para pemuda akan menginap di asrama pesantren sehingga bisa merasakan menjadi santri.
"AYIC ini program andalan kita tak hanya untuk memasyarakatkan ASEAN, tapi juga target kami para pemuda," kata Fachir usai pembukaan AYIC di Islamic Centre Unipdu Jombang, Sabtu (28/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: Pemuda dari 22 Negara Mondok di Pesantren Jombang. (Enggran-detikcom) |
Fachir menjelaskan, Jombang dipilih karena menjadi miniatur kehidupan Islam di Indonesia. Sebab, santri-santri di pesantren itu berasal dari berbagai daerah di tanah air.
"Pesantren kami anggap efektif untuk pemasyarakatan ini (ASEAN) juga untuk mengenalkan Indonesia ke para pemuda ASEAN dan sejumlah negara lain," ujarnya.
Foto: Pemuda dari 22 Negara Mondok di Pesantren Jombang. (Enggran-detikcom) |
AYIC yang pertama kalinya digelar di pesantren ini diikuti 150 pemuda dari Indonesia dan 21 negara lainnya. Mulai dari Kamboja, Malaysia, Filipina, Vietnam, Thailand, Singapura, Laos, Brunei Darussalam, Jepang, Pakistan, Madagaskar, Lithuania, Mesir, Maroko, Hungaria, Amerika Serikat, Tanzania, Korea Selatan, Libya, Belanda hingga Inggris.
"Kami mengedepankan tema toleransi dan harmoni karena itu lah tantangan hari ini dan masa depan," terangnya.
Melalui AYIC, lanjut Fachir, diharapkan para peserta menjadi agen untuk menjaga toleransi dan perdamaian, baik di ASEAN maupun di dunia. Sementara bagi bangsa Indonesia sendiri, selain berbagi ilmu dengan bangsa lain, para pemuda juga diharapkan mengambil peran untuk menjaga rasa toleransi serta kearifan lokal dan nasional.
"Diharapkan bagaimana sikap para pemuda menghadapi tantangan globalisasi termasuk teknologi informasi yang sekarang ini mengubah pola hidup masyarakat. Diharapkan mereka ini menjadi agen-agen," ujarnya.
Foto: Pemuda dari 22 Negara Mondok di Pesantren Jombang. (Enggran-detikcom) |
Salah seorang peserta AYIC, Marlou Feer mengaku senang bisa mengikuti kegiatan diskusi pemuda lintas agama dan bangsa ini. Pelajar asal Belanda itu terkesan dengan kehidupan di pesantren.
"Berada di Unipdu membuat saya bisa bertemu para santri dan tinggal di pesantren merupakan pengalaman yang sangat mengesankan karena di Belanda tak mempunyai ini," tuturnya.
Selama di pesantren, Marlou berharap bisa belajar banyak terkait toleransi. "Ini kesempatan yang bagus bagi para pelajar dari negara ASEAN dan di luarnya seperti saya dari Belanda untuk mempelajari kebudayaan dan bisa lebih saling memahami satu sama lain," pungkasnya.
(idh/idh)












































Foto: Pemuda dari 22 Negara Mondok di Pesantren Jombang. (Enggran-detikcom)
Foto: Pemuda dari 22 Negara Mondok di Pesantren Jombang. (Enggran-detikcom)
Foto: Pemuda dari 22 Negara Mondok di Pesantren Jombang. (Enggran-detikcom)