"Dia tanya, 'Fatimah mana?' Saya bilang, 'Lagi kerja.' Dia ngomong, 'Itu pabriknya terbakar. Saya kaget," kata Sinah saat ditemui di depan Ruang ICU RS Tangerang, Jalan Ahmad Yani, Tangerang, Jumat (27/10/2017).
Tanpa alas kaki, Sinah langsung berlari ke pabrik PT Panca Buana Cahaya Sukses, Kosambi. Lokasi pabrik hanya berjarak sekitar 300 meter dari rumahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Tiba di lokasi, dia melihat orang mulai berkerumun. Api dan asap yang mengepul ke atas membuat dia cemas kondisi anaknya yang tadi pagi pamit bekerja.
Sinah tidak mampu menembus kerumunan massa. Selain itu, polisi dan warga sibuk menyelamatkan korban ke rumah sakit terdekat.
"Saya ingin ngelihat langsung anak saya ada dimana. Saya nggak bisa ke dalam pabrik, udah dijaga. Saya akhirnya pingsan di lokasi," kata Sinah.
![]() |
Keluarga lain mencari Fatimah ke RSIA Bun. Disana, Fatimah sudah dalam kondisi terbakar parah.
"Badannya sudah terbakar. Dia bilang perutnya sakit, soalnya pas kejadian dia keinjak-injak orang-orang, jadi nggak bisa bangun," ujar Sinah.
"Dia dibawa ke rumah sakit setelah polisi bobol tembok terus dibawa," kata Sinah.
Karena kondisi memburuk, Fatimah dibawa ke RS Tangerang. Disana, dia masuk ruang ICU dengan luka bakar 60 persen.
"Kemarin sempat dioperasi. Tapi sampai sekarang belum tahu kondisinya seperti apa," ucap Sinah.
Sambil menunggu di depan ruang ICU, Sinah tak mau makan. Dia masih ingat anaknya yang harusnya masih sekolah kelas 2 MTS Al Marwah, Kampung Melayu.
"Berhenti sekolah. Pengen cari duit sendiri sekalian bantu-bantu keluarga. Soalnya bapak kan sakit jadi nggak kerja. Saya cuma buruh sendok," kata Sinah.
Fatimah tidak dikeluarkan oleh sekolah karena masalah. Dia melakukan itu karena masalah biaya.
"Dia pernah nangis, soalnya nggak dapat rapot karena belum bayar SPP," kata kakak Fatimah, Dian (31) di tempat yang sama.
Setelah memutuskan berhenti sekolah, Fatimah memilih bekerja di pabrik kembang api. Tugasnya memasukkan kembang api kawat ke dalam kemasan kertas.
Fatimah baru bekerja sekitar dua Minggu. Minggu pertama dia mendapat Rp 55 ribu per hari. Lalu, minggu selanjutnya hanya mendapat Rp 30 ribu.
"Kalau nggak ada kejadian ini, dia sudah berhenti kerja. Mau cari kerja yang lebih baik," kata Dian. (aik/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini