Pasutri asal Lingkungan Palasa, Kelurahan Bendungan, Kota Cilegon memanfaatkan limbah sisa pembuatan kasur spring bed didaur ulang menjadi kasur lantai yang bernilai ekonomis.
Limbah tersebut dibeli dari daerah Tangerang dan Bogor. Proses pembuatan kasur lantai cukup sederhana, Busro dan istrinya hanya butuh keahlian menjahit kemudian dirapikan hingga menjadi kasur lantai yang siap dipasarkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasar kasur lantai buatan Busro masih di sekitar Serang-Cilegon. Beberapa pengrajin di lingkungannya bahkan sudah memasarkan hasil kerajinannya ke Palembang dan Lampung.
"Kalau saya masih di toko-toko sekitar Serang-Cilegon, ada juga pesanan buat di kapal. Rata-rata mesennya 50-100 bantal, tergantung yang mesen," katanya.
Ada tiga jenis kasur lantai dan bantai yang ia produksi. Harganya pun bervariasi mulai dari Rp 170-200 ribu. Harga tersebut tergantung ukuran kasur. Namun, mayoritas pelanggan memesan bantal 45x60 cm. Untuk kasur biasanya para konsumen memesan kasur berukuran 150x200 cm.
"Pelanggan bisa mesen juga, tergantung yang mesen, ada yang lebih dari itu. Tapi kebanyakan yang ukuran 45x60 cm buat bantal, kalau kasur yang 150x200 cm itu," ujarnya.
Ia menggeluti bisnis pemanfaatan limbah sekitar 10 tahun lalu, berbekal keahliannya menjahit yang ditularkan turun-temurun . Ia kemudian serius menggeluti bisnis hingga ia bisa menghidupi kelima anaknya.
"Memang dari dulu bisa ngejahit, turun temurun juga, dari mulai nenek sampai orang tua saya dulu kerjanya begini. Kalau dulu kan kapuk, kalau sekarang busa begini," kata dia.
Di lingkungan Palas sendiri memang terkenal banyak pengrajin kasur lantai yang memanfaatkan limbah bekas dari pabrik kasur. Setidaknya ada 5 rumah yang dijadikan sebagai home industri kasur lantai. (asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini