Rumah yang 80 persen masih terjaga itu adalah rumah orang terkaya di Medan, Tjong A Fie. Ia juga menjadi pemimpin masyarakat China di Medan pada 1920-an.
"Ini baru pertama kali. Ingin tahu itu bagaimana, masak orang Medan nggak tahu (Tjong A Fie, red). Setahu saya, Tjong A Fie sosoknya dermawan. Rumahnya keren, bagus. Desain lama. Penasaran saja dalam rumahnya itu bagaimana," kata warga Jalan Denai, Lia (21), saat berbincang dengan detikcom, Kamis (26/10/2017).
![]() |
Rumah itu dibagi beberapa bagian. Bagian depan adalah halaman yang cukup asri. Setelah itu, tamu masuk ke ruang tamu dan suasana awal abad ke-20-an sangat terasa. Pengunjung harus dipandu untuk melihat ruangan demi ruangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Setidaknya rumah itu memiliki 18 ruang yang difungsikan menjadi banyak peruntukan. Seperti ruang kamar tidur, ruang makan, dapur, ruang tamu, sumur, ruang santai, hingga ruang rapat.
![]() |
Selain itu, ada sejumlah perabot rumah di kediaman Tjong A Fie yang masih terawat hingga sekarang. Perabot rumah yang masih terjaga itu adalah bangku, meja, lemari, brangkas, gramofon, tempat tidur Tjong A Fie, dan alat masak, serta sumur.
"Rumah ini usianya 117 tahun. Langit-langit dan lantainya masih asli. Bangunan rumah arsitekturnya campuran, dari Belanda, China, dan Melayu. Kalau Senin-Jumat, pengunjung ada sekitar 35 orang per harinya. Kalau weekend ada 100 pengunjung yang datang," jelas Dio.
![]() |
Tjong merantau dari China ke Medan pada 1877 saat usianya baru 17 tahun. Tjong merupakan anak keempat dari 7 bersaudara. Tiba di Medan, Tjong bekerja di kebun tembakau.
"Karena kinerjanya yang bagus, akhirnya (Thong A Fie) menjadi pengusaha tembakau. Lalu juga pengusaha di bidang kopi, minyak kelapa, teh, hotel, dan juga bank," ujar Dio.
![]() |
Bisnisnya pun tumbuh besar. Tjong memiliki karyawan ribuan orang. Seiring dengan waktu, Tjong A Fie menjadi pemimpin orang China di Medan pada 1890. Di masanya, berbagai pembangunan ditorehkan di Medan. Dari membangun masjid, gereja, hingga fasilitas umum. Oleh Belanda, Tjong A Fie diangkat sebagai penghubung antara pemerintah Belanda dan masyarakat China di Medan.
"Dia diangkat Belanda sebagai penghubung. Memimpin masyarakat China di Kota Medan," imbuh Dio.
![]() |
Penggalan kisah hidup Tjong A Fie dituturkan anaknya, Quenny Chang, dalam sebuah buku 'Kisah Hidup Quenny Chang: Anak Tjong A Fie, Orang Terkaya di Medan'. Kini, rumah itu telah dibuka untuk umum, dan untuk biaya perawatan rumah, tamu dikenai tiket Rp 35 ribu per orang. (asp/asp)